Nehemia 6:9

"Sesungguhnya, mereka bermaksud menakut-nakuti kami, dengan berkata: 'Tangan mereka akan menjadi lemah dan pekerjaan itu tidak akan selesai, sehingga tidak ada seorang pun yang akan mengerjakannya lagi.' Maka sekarang, ya Allahku, kuatkanlah tangan kami!"

"Kalian tidak akan berhasil..."

Ayat Nehemia 6:9 mencatat sebuah momen krusial dalam pembangunan kembali tembok Yerusalem di bawah kepemimpinan Nehemia. Setelah bertahun-tahun mengalami kehancuran dan penindasan, umat Yahudi yang kembali dari pembuangan di Babel diberi kesempatan untuk membangun kembali kota mereka. Namun, proyek ini tidak berjalan mulus. Berbagai kekuatan luar, seperti Sanbalat, Tobia, dan Gesem, terus-menerus berusaha menggagalkan upaya mereka. Mereka tidak hanya menggunakan cara-cara konvensional seperti intimidasi fisik, tetapi juga taktik licik berupa propaganda dan disinformasi.

Dalam ayat ini, Nehemia mengungkapkan ancaman yang dilontarkan oleh para musuh. Mereka berkata, "Tangan mereka akan menjadi lemah dan pekerjaan itu tidak akan selesai, sehingga tidak ada seorang pun yang akan mengerjakannya lagi." Ini adalah bentuk serangan psikologis yang dirancang untuk mematahkan semangat para pekerja. Tujuannya adalah menciptakan keputusasaan dan ketidakpercayaan diri, sehingga para tukang berhenti bekerja dan proyek pembangunan tembok pun terbengkalai. Para musuh ini berharap bahwa dengan menyebarkan kebohongan dan menebar rasa takut, mereka dapat menghentikan kemajuan pembangunan yang menjadi simbol pemulihan identitas dan keamanan umat Yahudi.

Menghadapi provokasi dan ancaman semacam ini, reaksi Nehemia sungguh luar biasa. Ia tidak membalas dengan kemarahan atau keputusasaan. Sebaliknya, ia berdoa kepada Allah, memohon kekuatan. "Maka sekarang, ya Allahku, kuatkanlah tangan kami!" Permohonan ini bukan sekadar ungkapan kepasrahan, melainkan sebuah pengakuan akan ketergantungan pada kekuatan Ilahi. Nehemia menyadari bahwa kekuatan manusiawi semata tidak cukup untuk menghadapi kejahatan yang terorganisir dan kebohongan yang merajalela. Ia membutuhkan anugerah dan kuasa dari Tuhan untuk melanjutkan pekerjaan yang telah dipercayakan kepadanya.

Pelajaran dari Nehemia 6:9 sangat relevan bagi kita saat ini. Di era informasi yang serba cepat, kita juga sering dihadapkan pada berbagai bentuk kebohongan, disinformasi, dan upaya untuk mematahkan semangat. Baik dalam pekerjaan, pelayanan, maupun kehidupan pribadi, kita mungkin mendengar suara-suara yang meragukan kemampuan kita, meremehkan usaha kita, atau bahkan menyebarkan fitnah untuk menghentikan langkah kita. Kebohongan-kebohongan ini bisa datang dari berbagai arah, bertujuan untuk membuat kita merasa tidak berdaya dan putus asa.

Namun, seperti Nehemia, kita dipanggil untuk tidak menyerah pada intimidasi dan keputusasaan. Sebaliknya, kita diingatkan untuk mengarahkan pandangan dan hati kita kepada Tuhan. Doa memohon kekuatan adalah respons yang benar. Ini adalah pengakuan bahwa kemenangan sejati datang dari Tuhan, dan kekuatan untuk bertahan serta menyelesaikan pekerjaan adalah anugerah-Nya. Dengan kepercayaan yang teguh pada Tuhan dan keberanian yang diperbaharui, kita dapat terus maju, membangun apa yang telah Tuhan percayakan kepada kita, dan tidak membiarkan kebohongan musuh menghalangi tujuan-Nya. Kebenaran dan ketekunan, yang didukung oleh doa dan iman, akan menjadi senjata terkuat kita dalam menghadapi segala tantangan.