Dalam kitab Nehemia, khususnya pada pasal 9, kita disajikan sebuah doa pengakuan dosa dan peneguhan perjanjian yang sangat mendalam oleh bangsa Israel. Doa ini adalah momen refleksi kolektif, di mana mereka mengingat kembali sejarah panjang hubungan mereka dengan Allah, dari awal mula pemilihan hingga masa pembuangan dan pemulihan. Ayat 7 dari pasal kesembilan ini, "Engkaulah TUHAN, Allah yang telah memilih Abram dan membawanya keluar dari Ur Kasdim, dan memberinya nama Abraham," menjadi titik krusial yang membuka tirai pengakuan mereka.
Pemilihan Abram dari Ur Kasdim bukanlah kebetulan, melainkan sebuah tindakan kedaulatan Allah. Ini adalah awal dari sebuah rencana besar ilahi untuk membentuk sebuah bangsa yang akan membawa berkat bagi seluruh dunia. Allah tidak hanya memilih Abram, tetapi juga secara aktif membawanya keluar dari lingkungan yang tidak mengenal-Nya, menandakan permulaan sebuah perjalanan iman yang baru. Perubahan nama dari Abram menjadi Abraham ("bapa banyak bangsa") adalah pengukuhan ilahi atas janji dan identitas baru yang diberikan Allah. Ini menekankan bahwa setiap langkah dalam hidup Abram adalah bagian dari rancangan Allah yang mahatahu.
Doa ini menyoroti sifat Allah yang setia pada janji-Nya. Meskipun bangsa Israel di masa Nehemia sedang menghadapi kesulitan, doa mereka mengingatkan diri sendiri bahwa kesetiaan Allah tidak pernah berubah. Keberadaan mereka sebagai umat pilihan, bahkan setelah mengalami pembuangan dan penderitaan, adalah bukti nyata dari kebaikan dan keteguhan hati Allah. Pemilihan Abram adalah fondasi dari seluruh perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Ia adalah leluhur spiritual bagi banyak orang, dan kisahnya menjadi teladan tentang pentingnya iman dan ketaatan.
Dalam konteks Nehemia 9:7, kita dapat belajar beberapa hal penting. Pertama, Allah adalah Allah yang memilih dan memulai hubungan. Ia tidak menunggu manusia untuk menjadi sempurna, tetapi Ia yang mengambil inisiatif. Kedua, kesetiaan-Nya terbukti dari sejarah. Doa ini adalah pengakuan bahwa Allah telah berbuat baik kepada umat-Nya dari generasi ke generasi. Ketiga, nama kita diubah oleh Allah ketika kita masuk ke dalam perjanjian-Nya. Seperti Abram menjadi Abraham, kita juga diberi identitas baru sebagai anak-anak Allah yang dikasihi.
Memahami Nehemia 9:7 membawa kita pada apresiasi yang lebih dalam terhadap kehendak Allah yang baik dan rencana-Nya yang kekal. Ini adalah pengingat bahwa di tengah segala ketidakpastian hidup, ada satu pribadi yang senantiasa setia dan memiliki tujuan yang mulia bagi umat-Nya. Doa pengakuan ini menjadi sumber kekuatan dan harapan, menggarisbawahi bahwa di dalam Allah, umat-Nya menemukan tujuan, identitas, dan masa depan yang pasti. Kesetiaan-Nya yang dimulai dengan Abraham terus bergema hingga hari ini, mengundang kita untuk merespons dengan iman dan ketaatan.