Simbol Keseimbangan dan Cahaya

Obaja 1:1

"Beginilah firman Tuhan ALLAH tentang Edom: Kami telah mendengar kabar dari TUHAN, dan seorang utusan telah diutus ke antara bangsa-bangsa: "Bangkitlah, mari kita bangkit perang melawannya!"

Kisah Obaja: Peringatan dan Keadilan Ilahi

Kitab Obaja adalah salah satu kitab paling ringkas dalam Perjanjian Lama, namun sarat dengan makna mendalam tentang keadilan Tuhan dan konsekuensi dari kesombongan serta kebencian. Ayat pertama ini langsung memperkenalkan tema sentralnya: firman Tuhan mengenai bangsa Edom. Edom, keturunan Esau, saudara Yakub, seringkali digambarkan memiliki hubungan yang penuh ketegangan dengan Israel. Di sini, Tuhan menyatakan bahwa Ia telah mendengar kabar yang dibawa oleh utusan-Nya, dan seruan untuk bangkit berperang melawan Edom telah menggema di antara bangsa-bangsa.

Fokus pada "Edom" bukanlah tanpa alasan. Sejarah mencatat bahwa bangsa Edom kerap kali menunjukkan permusuhan terhadap umat Israel, terutama pada saat-saat krisis, seperti ketika Israel keluar dari Mesir dan juga ketika Yerusalem jatuh ke tangan Babel. Mereka tidak hanya membiarkan kehancuran terjadi, tetapi bahkan turut serta dalam menjarah dan mengkhianati saudara sebangsanya. Sikap inilah yang mendatangkan murka dan penghakiman Tuhan. Obaja, sebagai nabi, diutus untuk menyampaikan pesan peringatan yang keras namun adil.

Pesan ini berbicara tentang bagaimana Tuhan memperhatikan setiap tindakan, sekecil apapun itu, dan bagaimana keadilan-Nya pasti akan datang. Perkataan "bangkitlah, mari kita bangkit perang melawannya!" bisa diartikan sebagai seruan dari Tuhan sendiri yang menggerakkan bangsa-bangsa lain untuk bertindak, atau sebagai reaksi dari bangsa-bangsa lain terhadap kejahatan Edom yang memicu kemarahan ilahi. Apapun interpretasinya, intinya adalah bahwa Tuhan tidak akan tinggal diam melihat ketidakadilan dan kekejaman.

Bagi kita hari ini, kisah Obaja, dimulai dari ayat pertama ini, menjadi pengingat penting. Tuhan adalah Tuhan yang penuh kasih, namun Dia juga adalah Tuhan yang kudus dan adil. Kesombongan, kebencian, dan tindakan menindas terhadap sesama, terutama terhadap saudara-saudara seiman atau bahkan saudara sebangsa, adalah hal yang sangat dibenci-Nya. Seruan untuk berperang yang disebutkan dalam ayat ini mungkin terdengar agresif, namun itu mencerminkan kemarahan Tuhan terhadap kejahatan yang terakumulasi. Keadilan-Nya memastikan bahwa setiap tindakan akan dimintai pertanggungjawaban.

Mari kita merenungkan sikap kita terhadap sesama. Apakah kita cenderung bersukacita di atas penderitaan orang lain, atau justru menunjukkan belas kasih? Apakah kita turut serta dalam perundungan atau justru menjadi pembela bagi mereka yang tertindas? Pesan Obaja 1:1 adalah panggilan untuk introspeksi diri, untuk memastikan bahwa hidup kita mencerminkan prinsip-prinsip keadilan dan kasih yang diajarkan oleh Tuhan sendiri. Tuhan melihat, Tuhan mendengar, dan pada akhirnya, Dia akan bertindak sesuai dengan kebenaran-Nya.