Ayat Pengkhotbah 12:10, sebuah permata kebijaksanaan dari kitab Suci, memberikan kita wawasan mendalam tentang esensi pencarian kebenaran dan cara mengungkapkannya. Kalimat sederhana ini mengandung makna yang kaya, menyoroti dua aspek krusial: pertama, keinginan untuk mencari "perkataan yang menyenangkan," dan kedua, ketekunan untuk menuliskan "dengan tepat perkataan kebenaran." Ini bukan sekadar pernyataan pasif, melainkan sebuah prinsip aktif yang memandu setiap pencari hikmat.
Istilah "perkataan yang menyenangkan" (atau dalam beberapa terjemahan, "perkataan yang tepat" atau "kata-kata yang indah") mengacu pada penyampaian kebenaran yang tidak hanya akurat, tetapi juga disajikan dengan cara yang dapat diterima dan dipahami oleh pendengar atau pembaca. Ini menunjukkan pentingnya seni komunikasi. Pengkhotbah, seorang tokoh bijaksana yang merenungkan berbagai aspek kehidupan, memahami bahwa kebenaran yang disampaikan dengan kasar atau tidak pantas mungkin tidak akan diterima, bahkan bisa menimbulkan penolakan. Oleh karena itu, pencarian "perkataan yang menyenangkan" adalah upaya untuk menemukan gaya, nada, dan pemilihan kata yang paling efektif agar pesan kebenaran dapat meresap ke dalam hati dan pikiran. Ini adalah seni persuasi yang didasarkan pada cinta akan kebenaran itu sendiri.
Di sisi lain, ayat ini menekankan upaya untuk menuliskan "dengan tepat perkataan kebenaran." Kata "tepat" (atau "lurus" dalam beberapa terjemahan) mengindikasikan kehati-hatian, ketelitian, dan kesungguhan. Tidak cukup hanya mencari kata-kata yang indah; kebenaran itu sendiri harus dijaga kemurniannya. Ini berarti menghindari penyimpangan, pemalsuan, atau penambahan yang dapat merusak inti kebenaran. Pengkhotbah menyadari bahwa pengetahuan dan kebenaran adalah hal yang berharga, dan menyampaikannya dengan tidak akurat adalah sebuah kerugian. Proses penulisan, dalam konteks ini, adalah simbol dari komitmen untuk merekam dan melestarikan kebenaran secara akurat, agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
Dalam dunia yang serba cepat dan penuh dengan informasi yang beragam, ayat Pengkhotbah 12:10 tetap relevan. Di era digital ini, di mana pesan dapat disebarkan dengan cepat dan luas, kemampuan untuk membedakan kebenaran dari kebohongan menjadi semakin penting. Prinsip "mencari perkataan yang menyenangkan" mengingatkan kita untuk berkomunikasi dengan bijak dan penuh kasih, bahkan ketika menyampaikan kebenaran yang sulit. Sementara itu, "menuliskan dengan tepat perkataan kebenaran" mendorong kita untuk menjadi penjaga akurasi, teliti dalam mencari fakta, dan berani menyuarakan kebenaran tanpa kompromi.
Menghayati Pengkhotbah 12:10 berarti mengintegrasikan dua kualitas penting: kebijaksanaan dalam penyampaian dan keteguhan dalam integritas. Keduanya saling melengkapi. Kebijaksanaan tanpa kebenaran adalah kepura-puraan, dan kebenaran tanpa kebijaksanaan bisa menjadi pedang yang melukai. Dengan merenungkan ayat ini, kita diingatkan akan pentingnya mencari dan menyajikan kebenaran dengan cara yang menghormati akal budi dan hati, menjadikannya jembatan yang menghubungkan kita dengan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia dan diri kita sendiri.