Pengkhotbah 12 3: Menghadapi Kematian dan Keterbatasan

"pada waktu menjaga rumah akan gentar, dan orang-orang kuat akan membungkuk, penggiling berhenti karena tidak ada lagi yang menggiling, dan yang melihat dari jendela menjadi buram,"

Perjuangan Perlambatan

Ilustrasi simbolis dari keterbatasan fisik dan perlambatan seiring bertambahnya usia.

Ayat Pengkhotbah 12 ayat 3 ini memberikan gambaran yang kuat dan puitis tentang proses penuaan dan mendekatnya kematian. Menggunakan metafora yang akrab, Sang Pengkhotbah menggambarkan kelemahan fisik yang datang bersama usia lanjut. Frasa "menjaga rumah akan gentar" merujuk pada gemetar pada tangan dan kaki, bagian tubuh yang sebelumnya kuat dan kokoh kini mulai kehilangan kekuatan dan stabilitasnya. Ini adalah simbol universal dari penurunan kemampuan fisik yang dialami manusia seiring berjalannya waktu.

Selanjutnya, "orang-orang kuat akan membungkuk" menggambarkan postur tubuh yang berubah, bahu yang merosot, punggung yang melengkung, mencerminkan beban usia yang dirasakan secara fisik. Ini bukan hanya tentang penampilan luar, tetapi juga tentang hilangnya kekuatan dan kelincahan yang dulunya dimiliki. Penggambaran ini sangat visual dan mudah dipahami, mengingatkan kita pada kenyataan biologis yang tak terhindarkan bagi setiap manusia.

Metafora lain yang digunakan adalah "penggiling berhenti karena tidak ada lagi yang menggiling". Di zaman kuno, penggiling, baik itu alat rumah tangga untuk mengolah biji-bijian atau penggiling gigi yang memproses makanan, adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Ketika alat ini berhenti berfungsi, itu menandakan akhir dari aktivitas produktif dan kebutuhan dasar. Dalam konteks ayat ini, "penggiling" dapat diartikan sebagai gigi yang menjadi lemah atau hilang, sehingga kesulitan untuk mengunyah makanan. Ini melambangkan hilangnya kemampuan untuk menopang diri sendiri dan menikmati kebutuhan fisik.

Terakhir, "yang melihat dari jendela menjadi buram" secara jelas menggambarkan penurunan kemampuan penglihatan. Mata, yang merupakan "jendela" bagi jiwa dan cara kita berinteraksi dengan dunia luar, menjadi redup dan tidak lagi jelas. Penglihatan yang kabur merupakan salah satu tanda paling umum dari penuaan, yang membatasi kemampuan seseorang untuk melihat keindahan dunia, membaca, atau bahkan mengenali orang yang mereka cintai.

Secara keseluruhan, Pengkhotbah 12 ayat 3 mengajak kita untuk merenungkan kerapuhan eksistensi manusia dan inevitabilitas kematian. Namun, ayat ini tidak dimaksudkan untuk menimbulkan keputusasaan, melainkan untuk mendorong kita menghargai hidup selagi kita memilikinya, dan untuk mempersiapkan diri secara rohani menghadapi akhir dari perjalanan duniawi. Pemahaman akan keterbatasan ini juga dapat menginspirasi belas kasih dan kepedulian terhadap mereka yang sedang mengalami proses penuaan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa hidup ini singkat dan berharga, dan setiap momen harus dijalani dengan penuh makna, sebelum "kegelapan" tiba.