Pengkhotbah 2:10 - Kebahagiaan yang Tak Ternilai

"Segala sesuatu dijadikan-Nya indah pada waktunya, juga keabadian Dia tanamkan dalam hati mereka, tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang telah dilakukan Allah dari awal sampai akhir."

Hidup

Ayat Pengkhotbah 2:10, yang diucapkan oleh Salomo, memberikan sebuah perspektif yang mendalam tentang kehidupan manusia dan karya ilahi. Dalam keterbatasan pandangan kita, seringkali kita mencari makna dan kepuasan dalam berbagai hal: kekayaan, kesenangan, pencapaian, dan pengetahuan. Salomo sendiri telah mengecap semua itu dalam skala yang luar biasa, namun ia sampai pada kesimpulan bahwa semua itu adalah kesia-siaan, bagaikan "mengejar angin," jika tidak ditempatkan dalam kerangka yang lebih besar.

Inti dari ayat ini terletak pada pengakuan Salomo bahwa "Segala sesuatu dijadikan-Nya indah pada waktunya." Ada sebuah tujuan ilahi dan ketepatan waktu dalam setiap ciptaan dan peristiwa. Alam semesta terbentang dengan keindahannya, dan di dalam hati manusia, Allah menanamkan "keabadian." Keinginan untuk sesuatu yang lebih, kerinduan akan makna abadi, adalah bukti dari jejak ilahi yang ada dalam diri kita. Ini bukan sekadar dorongan biologis, melainkan sebuah penanda bahwa kita diciptakan untuk sesuatu yang melampaui keberadaan duniawi yang sementara.

Namun, Salomo dengan jujur mengakui keterbatasan manusia: "tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang telah dilakukan Allah dari awal sampai akhir." Kita tidak pernah sepenuhnya memahami rancangan Allah yang maha luas. Seringkali, kita hanya melihat sepotong kecil dari teka-teki kehidupan, hanya bagian kecil dari karya agung-Nya. Ketika kita mencoba menafsirkan setiap kejadian, setiap kebahagiaan dan setiap kesedihan, semata-mata dari sudut pandang kita yang terbatas, kita akan menemukan ketidakpuasan dan kebingungan.

Lalu, bagaimana kita menemukan kebahagiaan sejati jika kita tidak dapat memahami seluruh rencana Allah? Pengkhotbah 2:10 mengajarkan kita untuk mencari keindahan dalam ciptaan dan mengenali keabadian yang ditanamkan dalam diri kita sebagai bukti kasih dan tujuan Allah. Ini berarti hidup dengan iman dan pengharapan, menerima bahwa ada kekuatan yang lebih besar dan kebijaksanaan yang lebih tinggi yang memegang kendali. Kebahagiaan sejati bukan tentang memiliki semua jawaban atau mengontrol semua hasil, melainkan tentang mempercayai Sang Arsitek Agung dan menikmati keindahan yang telah Dia rancang, hari demi hari, pada waktu-Nya yang sempurna.

Dengan merenungkan ayat ini, kita diajak untuk melepaskan beban pemahaman yang mutlak, dan sebaliknya, merangkul keterbatasan kita dengan sukacita. Mari kita hargai setiap momen yang indah, setiap berkat yang kecil maupun besar, sebagai bagian dari rancangan-Nya yang sempurna. Keabadian yang ada di hati kita adalah pengingat akan tujuan akhir kita yang mulia.