Pengkhotbah 12:6 - Mengingat Pencipta di Masa Muda

"Baiklah ingat akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum hari-hari kesukaran datang dan tahun-tahun itu mendekat, ketika engkau berkata: 'Aku tidak senang kepadanya'."

Ayat Pengkhotbah 12:6 adalah sebuah pengingat yang mendalam dan universal tentang pentingnya memaknai hidup sejak dini. Dalam bahasanya yang puitis, Salomo, sang penulis kitab Pengkhotbah, mengajak kita untuk "mengingat Pencipta pada masa muda". Ini bukan sekadar ajakan religius, melainkan nasihat bijak tentang bagaimana menjalani kehidupan dengan penuh makna dan tanpa penyesalan di kemudian hari.

Masa muda sering kali identik dengan energi, optimisme, dan perasaan tak terbatas. Dalam semangat ini, mudah sekali kita melupakan hal-hal yang lebih fundamental, termasuk kesadaran akan Sang Pencipta. Kita mungkin merasa punya banyak waktu di depan, banyak kesempatan untuk memperbaiki diri atau mengejar apa yang kita inginkan. Namun, ayat ini memperingatkan bahwa waktu berlalu begitu cepat. "Hari-hari kesukaran" dan "tahun-tahun yang mendekat" adalah metafora untuk masa tua, masa ketika kekuatan fisik mulai menurun, kesehatan mungkin memburuk, dan hidup terasa lebih berat.

Frasa "ketika engkau berkata: 'Aku tidak senang kepadanya'" menggambarkan sebuah kondisi di mana seseorang merasa jauh dari Tuhan, mungkin karena dosa, ketidakpedulian, atau rasa kecewa. Penyesalan ini datang ketika segala daya dan upaya sudah terbatas. Mengingat Pencipta di masa muda berarti membangun hubungan yang kuat dengan Tuhan saat kita masih memiliki kekuatan, kesempatan, dan pikiran yang jernih. Ini adalah tentang menanam benih iman, menumbuhkan kebiasaan baik, dan menemukan tujuan hidup yang sejati, jauh sebelum kita menghadapi kesulitan yang mungkin membuat kita merasa jauh dari-Nya atau bahkan menyalahkan-Nya.

Membangun hubungan dengan Pencipta bukan berarti melepaskan kesenangan masa muda. Sebaliknya, ini adalah tentang menyeimbangkan kesenangan dengan tujuan yang lebih besar. Ini adalah tentang menyadari bahwa hidup ini adalah anugerah, dan bahwa segala potensi serta talenta yang kita miliki adalah pemberian yang perlu dipertanggungjawabkan. Dengan mengingat Pencipta, kita diajak untuk menjalani hidup yang lebih terarah, membuat keputusan yang bijak, dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita dengan kasih dan integritas.

Banyak orang baru mencari Tuhan atau merenungkan makna hidup ketika dihadapkan pada krisis, penyakit, atau kehilangan. Namun, nasihat Salomo jauh lebih proaktif. Ia mengajarkan bahwa kedekatan dengan Tuhan seharusnya menjadi fondasi hidup kita, bukan sekadar tempat perlindungan darurat. Dengan mengintegrasikan kesadaran akan Pencipta dalam setiap aspek kehidupan di masa muda, kita membangun ketahanan spiritual yang akan menopang kita melewati segala kesulitan. Kita belajar untuk melihat tantangan bukan sebagai beban yang harus ditanggung sendirian, melainkan sebagai kesempatan untuk bertumbuh dan semakin dekat dengan Sumber kekuatan kita.

Oleh karena itu, Pengkhotbah 12:6 adalah panggilan untuk hidup yang sadar, penuh tujuan, dan dibangun di atas dasar yang kokoh. Ini adalah pengingat bahwa waktu adalah aset berharga yang harus dimanfaatkan dengan bijak, terutama untuk membangun hubungan terpenting dalam hidup kita. Jangan tunggu hingga "hari-hari kesukaran" datang, jadikan masa muda Anda sebagai waktu untuk sungguh-sungguh mengenal dan mengasihi Pencipta Anda.