Pengkhotbah 2:13 - Kebijaksanaan Lebih Unggul dari Kebodohan

"Aku melihat bahwa hikmat lebih unggul dari kebodohan, bagaikan terang lebih unggul dari gelap."

Ayat Pengkhotbah 2:13 adalah sebuah pernyataan yang kuat dan mendasar tentang nilai sejati dalam kehidupan. Salomo, sang Pengkhotbah, setelah mengeksplorasi berbagai kesenangan duniawi, kekayaan, dan usaha manusia, tiba pada sebuah kesimpulan yang tak terbantahkan: hikmat memiliki kedudukan yang jauh lebih tinggi daripada kebodohan.

Perumpamaan yang digunakan sangat gamblang. Hikmat diibaratkan seperti terang, sementara kebodohan diibaratkan seperti gelap. Kita semua memahami perbedaan fundamental antara terang dan gelap. Terang membawa kejelasan, menunjukkan jalan, memungkinkan kita untuk melihat, memahami, dan bertindak dengan benar. Tanpa terang, kita tersesat, rentan terhadap bahaya, dan tidak dapat mencapai tujuan kita. Demikian pula, hikmat memberikan panduan, pemahaman, dan kemampuan untuk membuat keputusan yang bijaksana. Ia membimbing kita melalui kompleksitas kehidupan, membantu kita membedakan mana yang berharga dan mana yang tidak.

Di sisi lain, kegelapan menyembunyikan, menyesatkan, dan menghalangi. Kebodohan, dalam konteks spiritual dan moral, membawa pada kesalahan, penyesalan, dan kehancuran. Orang yang bodoh seringkali bertindak gegabah, mengabaikan konsekuensi, dan pada akhirnya merugikan diri sendiri maupun orang lain. Salomo telah melihat sendiri betapa sia-sianya pencarian kebahagiaan semata-mata melalui kesenangan duniawi yang fana. Semua itu, tanpa hikmat yang benar, hanyalah upaya mengejar angin, seperti yang sering ia nyatakan dalam kitab Pengkhotbah.

Makna Hikmat dalam Kehidupan

Hikmat yang dimaksud di sini bukanlah sekadar kecerdasan intelektual atau pengetahuan duniawi semata. Alkitab sering kali mengaitkan hikmat dengan takut akan Tuhan. "Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan" (Amsal 1:7). Hikmat sejati melibatkan pemahaman akan kehendak Tuhan, ketaatan pada prinsip-prinsip-Nya, dan cara hidup yang mencerminkan kebenaran-Nya. Hikmat ilahi adalah sumber daya yang tak ternilai, yang memungkinkan kita untuk menjalani hidup yang bermakna, memuaskan, dan berkenan di hadapan Tuhan.

Ketika kita memiliki hikmat, kita mampu melihat perspektif yang lebih luas. Kita tidak mudah terombang-ambing oleh tren sementara atau godaan sesaat. Kita dapat menilai situasi dengan lebih objektif, membuat pilihan yang memuliakan Tuhan, dan membangun fondasi yang kokoh untuk masa depan. Kebijaksanaan memungkinkan kita untuk membedakan antara apa yang penting dan apa yang hanya merupakan pengalih perhatian yang menyilaukan.

Refleksi untuk Kehidupan Modern

Di era informasi yang serba cepat ini, kita dibanjiri dengan berbagai macam pengetahuan dan opini. Tanpa hikmat, sangat mudah untuk tersesat dalam lautan informasi yang dangkal atau bahkan menyesatkan. Pengkhotbah 2:13 mengingatkan kita untuk terus menerus mencari dan memegang teguh hikmat. Ini berarti kita perlu meluangkan waktu untuk merenung, belajar dari Firman Tuhan, dan mencari bimbingan dari Roh Kudus.

Memilih hikmat berarti memilih terang dalam kegelapan. Ini adalah investasi terbaik yang dapat kita lakukan. Ini akan menerangi jalan kita, memperkuat karakter kita, dan pada akhirnya membawa kita pada kehidupan yang berkelimpahan yang sejati, yang tidak dapat dirampas oleh keadaan duniawi. Kebodohan mungkin tampak menarik sesaat, tetapi pada akhirnya ia hanya membawa pada kekecewaan dan penyesalan, seperti gelap yang tak pernah bisa memberikan kejelasan.

Simbol bintang, melambangkan terang dan kebijaksanaan