"Tidak berbuat adil terhadap seseorang, menghukumnya, padahal Tuhan Yang Mahatinggi tidak menyetujuinya."
Ratapan 3:36 menyentuh inti dari keadilan ilahi yang seringkali melampaui pemahaman manusia. Ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan Yang Mahatinggi beroperasi dalam kerangka keadilan yang mutlak. Ia tidak akan pernah menyetujui tindakan sewenang-wenang, penghukuman yang tidak pantas, atau pelanggaran terhadap hak-hak seseorang. Dalam konteks Kitab Ratapan, ayat ini muncul di tengah penderitaan umat Israel, memberikan perspektif bahwa meskipun mereka mengalami kesulitan yang luar biasa, keadilan ilahi tetap ada dan berkuasa.
Pemahaman bahwa Tuhan "tidak berbuat adil terhadap seseorang" dalam arti negatif adalah kunci. Ini berarti bahwa Tuhan tidak melakukan kesalahan, tidak bias, dan tidak menghukum tanpa dasar yang adil. Setiap tindakan-Nya, termasuk yang mungkin terlihat sulit dipahami oleh manusia, berakar pada keadilan dan kebijaksanaan-Nya yang sempurna. Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan sifat Tuhan yang mahakuasa dan mahatahu, yang melihat segalanya secara menyeluruh, sementara kita seringkali hanya melihat sebagian kecil dari gambaran besar.
Ratapan 3:36 memiliki implikasi mendalam bagi cara kita memandang keadilan dan cara kita memperlakukan sesama. Pertama, ayat ini menuntut kita untuk tidak meniru perilaku sewenang-wenang. Manusia cenderung jatuh ke dalam kesalahan menghakimi atau menghukum orang lain berdasarkan prasangka, informasi yang tidak lengkap, atau emosi sesaat. Ayat ini menjadi pengingat kuat untuk selalu bertindak dengan keadilan, empati, dan integritas. Sebelum kita mengutuk, kita perlu memastikan bahwa kita memahami situasinya sepenuhnya, dan yang terpenting, apakah tindakan kita selaras dengan prinsip-prinsip keadilan Tuhan.
Kedua, ayat ini mendorong kita untuk menyerahkan urusan keadilan yang rumit kepada Tuhan. Ada kalanya kita merasa dirugikan atau menyaksikan ketidakadilan yang terjadi di sekitar kita. Dalam situasi seperti itu, godaan untuk mengambil tindakan sendiri atau menyimpan dendam bisa sangat kuat. Namun, Ratapan 3:36 mengingatkan bahwa Tuhan adalah hakim yang adil. Ia melihat hati, motivasi, dan segala sesuatu yang tersembunyi. Menyerahkan perkara kepada-Nya bukan berarti pasrah tanpa melakukan apa yang benar, tetapi meyakini bahwa pada akhirnya, keadilan sejati akan ditegakkan.
Bahkan dalam penderitaan tergelap sekalipun, Ratapan 3:36 menawarkan secercah harapan. Ayat ini menegaskan bahwa meskipun dunia ini penuh dengan ketidaksempurnaan dan ketidakadilan manusiawi, ada otoritas ilahi yang lebih tinggi yang memastikan keadilan. Ini adalah sumber kekuatan bagi mereka yang merasa tertindas atau tidak berdaya. Keyakinan bahwa Tuhan tidak akan pernah mendukung ketidakadilan memberikan landasan untuk tetap teguh, percaya bahwa kebenaran pada akhirnya akan menang.
Renungan atas Ratapan 3:36 adalah undangan untuk hidup dengan kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita, termasuk dalam interaksi kita dengan orang lain dan dalam cara kita menghadapi cobaan. Ini adalah panggilan untuk integritas, empati, dan keyakinan pada keadilan ilahi yang sempurna.
Refleksi tentang prinsip keadilan ilahi.