"Biarlah mereka mendapat kutuk dari Tuhan. Biarlah Engkau menghukum mereka dengan murka-Mu yang tak berkesudahan."
Kitab Ratapan adalah kumpulan syair duka yang mendalam, ditulis dalam nuansa kesedihan yang luar biasa. Penulisnya, yang sering diidentikkan dengan Nabi Yeremia, mengungkapkan kepedihan umat Israel pasca kehancuran Yerusalem dan pembuangan. Di tengah rentetan ratapan yang menyayat hati, ayat 3:65 muncul sebagai ekspresi kejengkelan dan permohonan kepada Tuhan agar keadilan ditegakkan. Ayat ini bukan sekadar ungkapan emosi sesaat, melainkan sebuah kesaksian tentang dampak destruktif dari ketidakadilan dan penderitaan yang berkepanjangan.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini mengingatkan kita bahwa penderitaan yang disebabkan oleh kejahatan seringkali memicu seruan-seruan yang penuh emosi. Kitab Ratapan memberikan ruang bagi ekspresi kemarahan, kesedihan, dan bahkan permohonan hukuman terhadap mereka yang bertanggung jawab atas malapetaka tersebut. Ini adalah manifestasi dari keinginan manusiawi untuk melihat keadilan terwujud, terutama ketika diri sendiri atau komunitasnya mengalami ketidakadilan yang brutal. Namun, penting untuk membaca ayat ini dalam keseluruhan narasi Kitab Ratapan, yang juga mencakup elemen pertobatan, harapan, dan pemulihan.
Meskipun Ratapan 3:65 terdengar keras, ia mencerminkan kenyataan pahit yang dihadapi oleh mereka yang menderita. Ini adalah jeritan dari hati yang terluka, memohon agar kesakitan ini tidak sia-sia dan agar pelaku ketidakadilan dimintai pertanggungjawaban. Ayat ini juga bisa dipahami sebagai pengingat bahwa Tuhan memiliki kedaulatan untuk menghakimi dan memulihkan.
Dalam kehidupan modern, kita mungkin tidak selalu berhadapan dengan situasi kehancuran kota, namun penderitaan dan ketidakadilan tetap ada dalam berbagai bentuk. Ayat ini dapat mendorong kita untuk merenungkan betapa pentingnya keadilan, empati, dan upaya untuk mengakhiri penderitaan. Lebih dari itu, ayat ini mengundang kita untuk mempercayakan segala sesuatu kepada Tuhan, seraya terus berjuang untuk kebaikan dan kebenaran di dunia. Kisah umat Israel yang akhirnya kembali dari pembuangan memberikan pesan harapan bahwa bahkan setelah ratapan terpanjang sekalipun, pemulihan dan keadilan dapat terwujud. Ratapan 3:65 menjadi pengingat akan kedalaman kepedihan, sekaligus landasan untuk merindukan keadilan Ilahi.