"Pada akhir setiap tahun ketiga, engkau harus mengeluarkan segala persepuluhan dari hasil tanahmu pada tahun itu.
Simbol keseimbangan dan pengingat untuk berbagi.
Ayat dari Kitab Ulangan ini merupakan bagian penting dari hukum Taurat yang diberikan kepada bangsa Israel. Ayat Ulangan 14:28 secara spesifik berbicara tentang kewajiban untuk mempersembahkan sebagian dari hasil panen, khususnya setiap tiga tahun sekali. Persembahan ini bukan hanya sekadar kewajiban ritual, tetapi memiliki makna yang mendalam terkait dengan keadilan sosial, pemeliharaan kaum levit, serta pengingat akan ketergantungan umat kepada Tuhan sebagai sumber segala berkat.
Dalam konteks bangsa Israel kuno, persepuluhan memiliki beberapa tujuan. Pertama, itu adalah bentuk ucapan syukur kepada Tuhan atas kelimpahan hasil tanah yang Ia berikan. Di tengah kehidupan agraris, hasil panen adalah urat nadi kehidupan, dan mempersembahkan sebagian adalah cara untuk mengakui bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan. Kedua, persepuluhan digunakan untuk menopang kehidupan para imam dan orang Lewi yang tidak memiliki tanah warisan karena tugas pelayanan mereka. Ini adalah cara untuk memastikan bahwa mereka dapat terus melayani Tuhan tanpa terbebani kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga mereka dapat fokus pada urusan rohani.
Perintah untuk mengeluarkan persembahan pada tahun ketiga ini menekankan aspek distribusi dan berbagi. Ini adalah waktu ketika hasil panen yang sudah dikumpulkan secara khusus disediakan untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan di dalam komunitas, seperti kaum levit, orang asing, yatim piatu, dan janda. Dengan demikian, ayat ini mengajarkan pentingnya kepedulian sosial dan keadilan. Ketaatan terhadap perintah ini bukan hanya tentang ritual keagamaan, tetapi juga tentang membangun masyarakat yang peduli dan adil, di mana tidak ada seorang pun yang terlupakan.
Prinsip yang terkandung dalam Ulangan 14:28 memiliki relevansi yang luas hingga saat ini. Bagi banyak orang yang beriman, konsep persepuluhan dan persembahan tetap menjadi bagian dari praktik spiritual mereka. Namun, esensi dari ayat ini jauh melampaui sekadar pemberian materi. Ini adalah tentang sikap hati yang murah hati, kerelaan untuk berbagi, dan pengakuan bahwa segala yang kita miliki adalah titipan Tuhan. Ketika kita menunjukkan ketaatan dalam memberi dan berbagi, kita sedang meniru karakter Tuhan yang murah hati dan berdaulat atas segala sesuatu.
Memelihara kebiasaan memberi, baik itu persepuluhan, persembahan sukarela, atau tindakan kebaikan lainnya, adalah cara untuk mengasah hati agar tidak terikat pada harta benda duniawi. Ini juga merupakan ekspresi iman bahwa Tuhan akan terus menyediakan dan memelihara, sebagaimana Ia menjanjikan berkat bagi mereka yang taat. Ayat Ulangan 14:28 mengingatkan kita bahwa ketaatan kepada perintah Tuhan, terutama yang berkaitan dengan pemberian dan kepedulian terhadap sesama, akan senantiasa membawa berkat, baik dalam skala individu, komunal, maupun spiritual.