Kisah Rasul 4:9 - Iman Tanpa Takut
Ayat dari Kisah Para Rasul 4:9 merupakan momen krusial dalam perjalanan para rasul setelah peristiwa penyembuhan orang lumpuh di Gerbang Indah Bait Allah. Petrus dan Yohanes, yang menjadi tokoh utama dalam kisah ini, dihadapkan pada otoritas agama Yahudi, yaitu para pemimpin, tua-tua, dan ahli Taurat. Mereka ditangkap dan dibawa ke hadapan Mahkamah Agama Sanhedrin untuk dimintai pertanggungjawaban atas penyembuhan yang mereka lakukan, serta ajaran yang mereka sebarkan tentang Yesus Kristus.
Dalam suasana yang penuh tekanan dan ancaman, Petrus, dipenuhi oleh Roh Kudus, dengan berani memberikan kesaksiannya. Ia tidak gentar sedikit pun menghadapi para penguasa agama yang memiliki kekuasaan besar pada masa itu. Sebaliknya, ia menggunakan kesempatan ini untuk menyatakan kebenaran tentang Yesus. Inti dari perkataan Petrus adalah bahwa penyembuhan yang terjadi bukanlah karena kekuatan atau kesalehan pribadi mereka, melainkan semata-mata karena kuasa dan nama Yesus Kristus, pribadi yang sama yang telah disalibkan oleh mereka, namun telah dibangkitkan oleh Allah dari kematian.
Pernyataan ini memiliki makna ganda yang sangat mendalam. Pertama, ini adalah sebuah pengakuan iman yang teguh. Petrus dan Yohanes secara eksplisit menyatakan bahwa Yesus adalah sumber segala kebaikan dan mukjizat. Ini menempatkan Yesus pada posisi yang sentral dalam iman Kristen, menegaskan keilahian-Nya dan otoritas-Nya atas segala penyakit dan penderitaan. Kedua, ini adalah sebuah tuduhan yang halus namun tegas kepada para pemimpin agama itu sendiri. Mereka yang seharusnya mengenal Kitab Suci dan menanti kedatangan Mesias, justru menolak dan menyalibkan Dia. Namun, kebangkitan-Nya menjadi bukti bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan.
Kisah ini mengajarkan kepada kita tentang pentingnya keberanian dalam kesaksian iman. Para rasul tidak berdiam diri ketika dihadapkan pada tantangan. Mereka memahami bahwa pesan Injil tentang keselamatan melalui Yesus Kristus adalah sesuatu yang terlalu berharga untuk disembunyikan atau dikompromikan. Mereka siap menghadapi konsekuensi, bahkan ancaman, demi kebenaran. Semangat ini seharusnya menginspirasi setiap orang percaya untuk tidak malu mengakui Yesus Kristus dalam kehidupan sehari-hari, di tengah berbagai situasi dan tantangan.
Selain itu, ayat ini juga menekankan sifat kebaikan yang dilakukan atas nama Kristus. Penyembuhan orang lumpuh adalah perbuatan baik yang nyata dan kasat mata, yang tidak dapat disangkal oleh siapa pun. Dengan menghubungkan perbuatan baik ini secara langsung kepada nama Yesus, para rasul menunjukkan bahwa tindakan kasih dan belas kasih merupakan manifestasi dari kehadiran Kristus dalam kehidupan umat-Nya. Ajaran ini terus relevan hingga kini, mengingatkan kita untuk selalu berbuat baik dengan motivasi yang benar, yaitu kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus.
Menghadapi pertanyaan tentang bagaimana orang sakit itu disembuhkan, jawaban Petrus yang lugas dan tanpa keraguan adalah cerminan dari keyakinan yang mendalam. Ia tidak memberikan jawaban yang ambigu atau berbelit-belit. Ia dengan jelas menyatakan bahwa otoritas dan kuasa penyembuhan berasal dari Yesus Kristus. Ini adalah prinsip penting dalam kekristenan: segala sesuatu yang baik dan benar, yang membawa kesembuhan dan pemulihan, pada akhirnya bersumber dari Kristus.
Kisah Rasul 4:9 menjadi pengingat abadi bahwa iman yang sejati akan seringkali diuji. Namun, dengan bersandar pada kuasa Roh Kudus dan keyakinan akan kebenaran Injil, kita dapat berbicara dengan keberanian dan integritas, bahkan di hadapan kesulitan. Biarlah semangat Petrus dan Yohanes terus membara dalam hati kita, mendorong kita untuk menjadi saksi Kristus yang setia dan tak kenal takut.