Ayat Ulangan 18:6 merupakan bagian dari serangkaian instruksi ilahi mengenai pengaturan dan tugas suku Lewi di tengah bangsa Israel. Berbeda dengan suku-suku lain yang diberikan tanah warisan secara spesifik berdasarkan wilayah geografis, suku Lewi tidak memiliki tanah pusaka seperti itu. Tujuannya adalah agar mereka dapat sepenuhnya didedikasikan untuk pelayanan Tuhan, mengajar hukum-Nya, dan mengurus segala kebutuhan terkait ibadah di Kemah Suci dan kemudian di Bait Suci. Ayat ini secara khusus menyoroti sebuah prinsip penting: kemerdekaan dalam pelayanan dan penerimaan bagi setiap orang Lewi yang memiliki kerinduan untuk melayani.
Inti dari ayat ini terletak pada kalimat "ia datang dengan kerinduan ke tempat yang akan dipilih TUHAN". Ini menunjukkan bahwa pelayanan bukan sekadar kewajiban yang dipaksakan, melainkan sebuah panggilan yang harus disambut dengan sukarela dan antusiasme. Tuhan tidak memaksa siapa pun untuk melayani. Sebaliknya, Dia membuka pintu bagi mereka yang hatinya terpanggil dan rindu untuk menjadi bagian dari pekerjaan-Nya. Tempat yang "akan dipilih TUHAN" merujuk pada pusat ibadah, yaitu Kemah Suci di masa awal, dan kemudian Bait Suci di Yerusalem. Ini adalah tempat di mana kehadiran Tuhan secara khusus dinyatakan, dan di sanalah tugas pelayanan utama dilaksanakan.
Ilustrasi simbolis kependetaan dan pelayanan.
Ayat ini juga memberikan jaminan hak pelayanan bagi setiap orang Lewi yang datang dengan kerinduan. "Maka ia boleh melayani dengan nama TUHAN, Allahnya". Ini berarti tidak ada diskriminasi berdasarkan asal-usul mereka di antara suku-suku Israel. Siapa pun dari suku Lewi, dari mana pun mereka berasal, memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi dalam pelayanan kudus tersebut. Hak ini bukanlah hak yang didasarkan pada status sosial atau kekayaan, tetapi pada panggilan Tuhan dan kesediaan hati untuk meresponsnya. Mereka akan melayani "seperti semua saudaranya orang Lewi yang berdiri di sana di hadapan TUHAN". Ini menekankan kesetaraan dalam pelayanan dan kebersamaan dalam tugas yang mulia.
Perintah ini memiliki implikasi teologis yang mendalam. Ini menunjukkan bahwa Tuhan menghargai niat hati dan kerinduan untuk dekat kepada-Nya dan melayani. Ini juga menegaskan bahwa semua orang yang dipanggil Tuhan memiliki peran yang berharga dalam pekerjaan-Nya. Kisah para Lewi yang datang dari berbagai penjuru Israel untuk melayani di tempat kudus menjadi gambaran indah tentang bagaimana Tuhan merangkul setiap orang yang mencari-Nya, memberikan kesempatan untuk menjadi bagian dari rencana-Nya yang lebih besar. Prinsip ini relevan hingga kini, mengingatkan kita bahwa panggilan Tuhan selalu disambut dengan kerinduan dan hati yang tulus, dan Dia akan memberikan tempat bagi setiap orang yang siap melayani.