Ayat Ulangan 26:5 adalah sebuah pernyataan pengakuan yang mendalam, diucapkan oleh bangsa Israel saat mereka mempersembahkan hasil pertama dari tanah yang dijanjikan kepada Tuhan. Pengakuan ini bukan sekadar ritual semata, melainkan sebuah penegasan identitas yang berakar pada perjalanan panjang dan transformasi ilahi. Frasa kunci, "Ayahku seorang Aram yang hilang," membuka jendela ke masa lalu yang penuh ketidakpastian dan pengasingan.
Istilah "Aram yang hilang" mengacu pada leluhur bangsa Israel, Yakub, yang pada mulanya berasal dari Aram. Kata "hilang" atau "pengembara" menekankan status mereka sebagai orang asing, tanpa akar yang kuat di tanah manapun. Mereka hidup berpindah-pindah, jauh dari tanah leluhur mereka, menghadapi ketidakpastian dan kerentanan. Pengakuan ini penting karena menyoroti bahwa asal-usul mereka bukanlah dari kekuatan duniawi atau posisi yang terhormat, melainkan dari ketidakberdayaan dan ketergantungan total pada Tuhan.
Selanjutnya, ayat ini menyebutkan perpindahan mereka ke Mesir. Pergi ke Mesir pada awalnya adalah langkah untuk bertahan hidup, melarikan diri dari kelaparan. Namun, di Mesir, nasib mereka mulai berubah secara dramatis. Dari sekadar "sedikit orang" yang masuk ke Mesir, mereka bertransformasi menjadi "bangsa yang besar, kuat dan berpenduduk banyak." Perubahan ini bukanlah hasil dari usaha mereka sendiri, melainkan campur tangan Tuhan yang luar biasa. Ini adalah bukti kuasa ilahi dalam memelihara dan memperbesar umat-Nya, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.
Mengucapkan pengakuan ini di hadapan Tuhan saat mempersembahkan hasil panen pertama memiliki makna teologis yang sangat penting. Ini adalah cara untuk mengingatkan diri sendiri dan generasi mendatang bahwa segala yang mereka miliki, termasuk kesuburan tanah yang mereka nikmati, berasal dari Tuhan. Mereka tidak berhak atas tanah itu berdasarkan kekuatan militer atau warisan genetik semata, melainkan karena kesetiaan Tuhan terhadap perjanjian-Nya. Pengakuan ini mengajarkan kerendahan hati dan rasa syukur yang mendalam.
Ulangan 26:5 memberikan pelajaran berharga bagi umat beriman di zaman sekarang. Kita seringkali cenderung melupakan asal-usul kita yang sebenarnya, yaitu sebagai ciptaan Tuhan yang membutuhkan pemeliharaan-Nya. Kita bisa saja menjadi sombong karena pencapaian duniawi atau merasa berhak atas apa yang kita miliki. Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu mengakui ketergantungan kita pada Tuhan. Ia adalah sumber segala berkat, dan Ia sanggup mengubah situasi yang paling suram menjadi kemenangan. Memahami bahwa kita adalah 'pewaris' janji Tuhan, bukan karena jasa kita tetapi karena kasih karunia-Nya, seharusnya menumbuhkan rasa syukur, kerendahan hati, dan ketaatan yang tulus dalam perjalanan iman kita.