Kisah bangsa Israel yang tertulis dalam Kitab Ulangan sering kali menjadi pengingat akan perjalanan iman mereka bersama Tuhan. Salah satu ayat yang sangat menyentuh adalah Ulangan 26:7. Ayat ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah kesaksian hidup tentang bagaimana Tuhan merespons seruan umat-Nya di tengah penderitaan.
Pada titik ini, bangsa Israel berada dalam perbudakan di Mesir. Generasi mereka telah lama merasakan pahitnya penindasan, kerja paksa, dan kehilangan kebebasan. Keadaan mereka sungguh menyedihkan: "kesesakan kami, kesukaran kami dan penindasan kami." Mereka tidak memiliki kekuatan untuk membebaskan diri sendiri. Setiap hari adalah perjuangan untuk bertahan hidup, di bawah cengkeraman Firaun yang kejam. Dalam situasi yang tampak tanpa harapan ini, mereka tidak menyerah pada keputusasaan.
Sebaliknya, mereka memilih untuk berseru. "Tetapi kami berseru kepada TUHAN, Allah nenek moyang kami." Perhatikan frasa "Allah nenek moyang kami." Ini menunjukkan bahwa hubungan mereka dengan Tuhan bukan sesuatu yang baru, melainkan sebuah warisan iman yang diturunkan dari generasi ke generasi. Mereka memanggil Tuhan yang telah berjanji dan bekerja dalam kehidupan Abraham, Ishak, dan Yakub. Ini adalah pengakuan bahwa kekuatan mereka sendiri terbatas, tetapi kekuatan Tuhan tidak terbatas.
Dan respons Tuhan sungguh luar biasa: "TUHAN mendengar suara kami, dilihat-Nya kesesakan kami, kesukaran kami dan penindasan kami." Tuhan tidak tuli terhadap penderitaan umat-Nya. Dia mendengar tangisan mereka, melihat setiap air mata, dan merasakan setiap pukulan penindasan. Kata "dilihat-Nya" menyiratkan perhatian yang mendalam, bukan sekadar pengamatan pasif. Tuhan peduli terhadap kondisi umat-Nya.
Kisah ini mengajarkan kita beberapa hal penting mengenai hubungan dengan Tuhan. Pertama, ketika kita berada dalam ulangan 26 7, jangan pernah ragu untuk berseru kepada Tuhan. Dia adalah pendengar doa yang setia. Kedua, iman yang kuat sering kali dibangun di atas fondasi iman generasi sebelumnya. Kita memiliki warisan doa dan kesaksian dari orang-orang yang telah berjalan di hadapan kita.
Ketiga, Tuhan melihat dan memahami penderitaan kita. Tidak ada kesukaran yang luput dari pandangan-Nya. Dalam masa-masa sulit, ketika kita merasa sendirian dan tidak berdaya, ingatlah bahwa Tuhan bersama kita. Dia mendengar seruan kita. Ulangan 26:7 menjadi bukti nyata bahwa kasih setia Tuhan tidak pernah berubah, dan Dia siap bertindak bagi umat-Nya yang berseru kepada-Nya.
Setiap kali kita membaca atau merenungkan ayat ulangan 26 7, kita diingatkan akan janji Tuhan yang tak tergoyahkan. Keselamatan Israel dari Mesir adalah awal dari serangkaian tindakan penyelamatan Tuhan dalam sejarah mereka, dan ini merupakan gambaran dari kasih setia-Nya yang terus berlanjut bagi umat-Nya hingga kini. Oleh karena itu, marilah kita terus berseru kepada-Nya, mempercayai bahwa Dia mendengar dan melihat setiap kebutuhan kita.