Simbol perjanjian yang abadi
"Di sana engkau harus mendirikan mezbah bagi TUHAN, Allahmu, mezbah dari batu. Janganlah engkau mengayunkan besi ke atasnya."
Ayat Ulangan 27:5 memuat sebuah instruksi yang spesifik dari Allah kepada umat Israel saat mereka akan memasuki Tanah Perjanjian. Perintah ini berkaitan dengan pendirian sebuah mezbah. Namun, bukan sekadar membangun mezbah, ada sebuah penekanan khusus: "Janganlah engkau mengayunkan besi ke atasnya." Peringatan ini sering kali menimbulkan pertanyaan dan diskusi. Mengapa besi dilarang digunakan untuk mezbah tersebut?
Para ahli menafsirkan larangan ini memiliki makna simbolis yang mendalam. Besi, pada zaman itu, adalah alat yang digunakan untuk peperangan dan penaklukan. Menggunakan besi pada mezbah yang seharusnya menjadi tempat pengorbanan dan persembahan kepada Tuhan, bisa diartikan sebagai upaya manusia untuk "memperbaiki" atau "menyempurnakan" karya Tuhan dengan kekuatan sendiri, terutama kekuatan senjata. Ini adalah peringatan keras agar umat Israel tidak mencampurkan kesucian ibadah kepada Allah dengan kekuatan duniawi atau ambisi pribadi.
Mezbah dalam tradisi Israel adalah pusat dari ibadah, tempat umat mempersembahkan korban sebagai tanda penyesalan dosa dan ekspresi syukur kepada Tuhan. Pendirian mezbah yang terbuat dari batu, bukan batu yang dipahat atau dibentuk dengan alat besi, menekankan bahwa persembahan yang diperkenan Tuhan adalah yang tulus dari hati, bukan yang "disempurnakan" oleh kecerdikan manusia. Batu yang dibiarkan dalam keadaan aslinya melambangkan kemurnian dan kesederhanaan.
Larangan menggunakan besi ini juga bisa dipandang sebagai sebuah penegasan bahwa persembahan kepada Allah haruslah murni dan tidak ternoda oleh ideologi atau kekuatan yang bertentangan dengan kehendak-Nya. Ini adalah ajakan untuk bersandar sepenuhnya pada anugerah dan kuasa Tuhan, bukan pada kekuatan manusia yang rapuh dan fana. Dalam konteks ini, mezbah menjadi simbol perjanjian yang kekal antara Allah dan umat-Nya, sebuah perjanjian yang teguh dibangun bukan di atas ambisi perang, tetapi di atas iman dan ketaatan.
Meskipun perintah ini berasal dari konteks historis yang sangat spesifik, makna simbolisnya tetap relevan hingga kini. Dalam kehidupan spiritual kita, seringkali kita tergoda untuk "mengayunkan besi" ke atas mezbah iman kita. Ini bisa berarti mencoba menyelesaikan masalah dengan kekuatan sendiri tanpa berdoa, mengandalkan kekayaan duniawi daripada percaya pada pemeliharaan Tuhan, atau bahkan memanipulasi situasi demi keuntungan pribadi dengan cara yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ilahi.
Ulangan 27:5 mengajarkan kita untuk membawa persembahan hati yang murni kepada Tuhan. Ini berarti mendekati-Nya dengan kerendahan hati, mengakui ketergantungan kita pada-Nya, dan menolak segala bentuk kesombongan atau kekuatan yang ingin kita gunakan untuk mendikte kehendak-Nya. Mezbah iman kita harus tetap suci, tidak terpengaruh oleh keinginan duniawi atau ambisi pribadi yang tidak selaras dengan nilai-nilai Kerajaan Allah. Dengan demikian, hubungan kita dengan Tuhan akan tetap teguh, dibangun di atas fondasi kesetiaan yang tidak tergores oleh alat-alat duniawi.