Ayat Ulangan 28:65 merupakan bagian dari serangkaian peringatan dan kutukan yang diberikan oleh Tuhan kepada bangsa Israel. Bagian ini sangat penting karena menggambarkan konsekuensi yang mendalam dan menghancurkan ketika umat Tuhan berpaling dari jalan-Nya dan melanggar perjanjian yang telah dibuat. Ayat ini bukan hanya sekadar ancaman, melainkan sebuah gambaran yang jelas tentang kondisi spiritual dan emosional yang akan dihadapi oleh mereka yang tidak taat.
Peringatan ini sangat spesifik dalam menggambarkan penderitaan yang tidak hanya bersifat fisik atau eksternal, tetapi juga internal dan psikologis. Frasa "engkau tidak akan mendapat ketenangan" dan "tidak akan ada tempat ber tempat peristirahatan bagi telapak kakimu" menunjukkan adanya kegelisahan yang konstan, ketidakamanan, dan perasaan terusir. Ini adalah gambaran dari kehidupan yang selalu berpindah, tanpa fondasi yang kokoh, dan tanpa rasa damai yang sejati. Dalam konteks zaman itu, tempat peristirahatan bagi kaki adalah simbol rumah, keamanan, dan stabilitas. Ketiadaan ini menyiratkan kehilangan segalanya.
Lebih jauh lagi, ayat ini menekankan dampak yang lebih mengerikan pada jiwa manusia. Tuhan berfirman bahwa Dia "akan memberikan kepadamu hati yang takut". Ketakutan di sini bukanlah rasa hormat yang sehat kepada Tuhan, melainkan ketakutan yang melumpuhkan, kecemasan yang merajalela, dan rasa ngeri yang tak kunjung usai. Hati yang dipenuhi ketakutan tidak mampu berpikir jernih, tidak dapat memegang iman, dan terus-menerus merasa terancam.
Kemudian, "mata yang lamban melihat" menggambarkan ketidakmampuan untuk mengenali kebenaran, untuk melihat bahaya yang ada di depan mata, atau bahkan untuk melihat berkat-berkat Tuhan yang masih tersisa. Ini adalah kebutaan spiritual yang membuat seseorang tidak dapat belajar dari kesalahan atau menemukan jalan keluar dari kesulitan. Sebaliknya, "jiwa yang lamban mendengar" menyiratkan ketidakmampuan untuk memahami firman Tuhan, untuk menerima teguran, atau untuk merasakan panggilan pertobatan. Jiwa yang lamban mendengar menjadi keras kepala, tertutup terhadap suara Tuhan, dan semakin jauh terjerumus dalam kesesatan.
Meskipun ayat ini diucapkan kepada bangsa Israel kuno, peringatan ini tetap memiliki relevansi yang mendalam bagi setiap individu dan komunitas di masa kini. Konsekuensi ketidaktaatan kepada Tuhan seringkali bukan sekadar hukuman eksternal, melainkan juga keruntuhan batiniah. Ketika manusia memilih untuk mengabaikan prinsip-prinsip ilahi, menjauhi Tuhan, dan hidup dalam dosa, mereka pada akhirnya menciptakan kondisi ketakutan, ketidaktenangan, dan kebingungan dalam hidup mereka sendiri.
Ayat ini menjadi pengingat penting bahwa hubungan dengan Tuhan bukan hanya soal ritual atau kepatuhan lahiriah, tetapi juga tentang keadaan hati dan jiwa. Ketaatan yang tulus kepada Tuhan membawa kedamaian, keamanan, dan pengertian yang mendalam. Sebaliknya, penolakan terhadap-Nya akan menghasilkan kekosongan spiritual, kecemasan yang tak tersembuhkan, dan hilangnya arah hidup. Ulangan 28:65 adalah panggilan untuk merenungkan konsekuensi dari pilihan-pilihan kita dan untuk kembali kepada Tuhan dengan hati yang mau mendengar dan melihat.