2 Tawarikh 25:7 - Ajakan kepada Allah dan Peringatan Kekalahan

"Tetapi seorang hamba Allah datang kepada raja dan berkata: "Ya raja, janganlah biarkan tentara Israel pergi bersama-sama dengan tuanku, karena TUHAN tidak menyertai Israel, yaitu segenap keturunan Efraim.""

Ayat dari 2 Tawarikh 25:7 ini membawa kita pada momen krusial dalam pemerintahan Raja Amasia dari Yehuda. Setelah berjuang untuk menegakkan kembali hukum dan ketaatan kepada Allah di kerajaannya, Amasia bersiap untuk menghadapi musuh bebuyutannya, yaitu Edom. Keberhasilan awal dalam menata kembali negeri dan memperkuat militer memberikan keyakinan diri yang besar. Namun, keputusan penting harus diambil mengenai susunan pasukannya.

Amasia, dalam upayanya untuk mengamankan kerajaannya, telah menyewa sejumlah besar tentara dari Israel Utara. Ini adalah langkah yang lazim dalam peperangan pada masa itu, di mana kekuatan militer seringkali menjadi penentu kemenangan. Namun, sebuah suara kenabian tiba-tiba terdengar, menginterupsi persiapan perang yang matang ini. Seorang hamba Allah, yang diutus langsung oleh Tuhan, menyampaikan pesan yang sangat penting dan mengejutkan.

Pesan tersebut bukan sekadar nasihat strategi perang, melainkan peringatan rohani yang mendalam. Hamba Allah tersebut dengan tegas menyatakan, "TUHAN tidak menyertai Israel, yaitu segenap keturunan Efraim." Efraim adalah salah satu suku utama di Kerajaan Israel Utara, dan penyebutannya di sini merujuk pada seluruh bangsa di utara. Pernyataan ini sangatlah krusial karena menyoroti kesadaran akan kehadiran atau ketidakhadiran Allah dalam perjuangan manusia.

Inti dari peringatan ini adalah kesadaran bahwa kemenangan sejati tidak hanya bergantung pada kekuatan fisik, jumlah pasukan, atau persenjataan. Sebaliknya, kemenangan yang hakiki bersumber dari penyertaan dan restu ilahi. Bangsa Israel Utara, pada masa itu, telah jauh menyimpang dari jalan Tuhan. Mereka telah mendirikan berhala-berhala, menyembah dewa-dewa asing, dan mengabaikan hukum-hukum yang diberikan Allah. Oleh karena itu, secara rohani, mereka tidak berada dalam posisi untuk mewakili atau membawa berkat Tuhan.

Nasihat dari hamba Allah ini merupakan sebuah kesempatan emas bagi Amasia. Ini adalah panggilan untuk kembali kepada sumber kekuatan yang sesungguhnya. Amasia dihadapkan pada pilihan: mengandalkan jumlah manusia dan strategi duniawi, atau mengutamakan kehendak Tuhan dan mencari penyertaan-Nya yang mutlak. Ayat ini mengajarkan kita bahwa dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam menghadapi tantangan besar, pertimbangan rohani harus didahulukan. Mengikutsertakan kekuatan yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip ilahi dapat membawa konsekuensi yang tidak diinginkan, bahkan kekalahan.

Kisah Amasia selanjutnya di dalam kitab Tawarikh menunjukkan bahwa Amasia awalnya tidak mengikuti nasihat ini sepenuhnya. Ia mengirim kembali tentara bayarannya dengan berat hati, namun ia tetap mengandalkan kekuatan manusiawinya. Meskipun ia berhasil mengalahkan Edom, kemenangan itu tidak bertahan lama karena ia kemudian menantang Raja Yoas dari Israel dan akhirnya dikalahkan olehnya. Ini menjadi pelajaran pahit tentang pentingnya mendengarkan suara kebenaran, bahkan ketika itu bertentangan dengan pertimbangan logika manusiawi.

Oleh karena itu, 2 Tawarikh 25:7 bukan hanya sebuah catatan sejarah, melainkan sebuah pengingat abadi bagi kita. Ia mengajarkan bahwa keberhasilan dan keselamatan sejati hanya dapat ditemukan melalui hubungan yang benar dengan Allah. Ketika kita menghadapi perjuangan, besar atau kecil, marilah kita terlebih dahulu mencari wajah Tuhan, memastikan bahwa langkah-langkah kita sejalan dengan kehendak-Nya, dan mengandalkan penyertaan-Nya. Kebergantungan pada kekuatan duniawi tanpa landasan rohani seringkali berakhir pada kekecewaan, sementara mengutamakan Tuhan akan membawa kita pada kemenangan yang kekal.

Allah Kekuatan

Ilustrasi simbolis perpaduan kekuatan ilahi dan manusiawi.

Baca juga Ayat Alkitab Lainnya