"Berkata Musa kepada orang Israel: "Baiklah kamu dengar ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu, supaya kamu menjalaninya, agar kamu hidup, dan dapat memasuki serta menduduki negeri, yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu."
Ayat Ulangan 4:11 bukanlah sekadar pengulangan instruksi. Ini adalah inti dari perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya. Musa, sebagai nabi dan pemimpin yang ditunjuk Tuhan, berdiri di hadapan bangsa Israel yang siap memasuki Tanah Perjanjian. Momen ini krusial; mereka akan meninggalkan padang gurun yang penuh ketergantungan dan memasuki tanah yang dijanjikan, sebuah tempat yang penuh dengan kesempatan namun juga tantangan.
Kata-kata Musa menyoroti dua elemen penting: "ketetapan dan peraturan". Ketetapan merujuk pada hukum-hukum ilahi yang abadi, prinsip-prinsip dasar yang mengatur kehidupan rohani dan moral. Peraturan, di sisi lain, mencakup instruksi spesifik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, ibadah, dan relasi sosial. Keduanya saling melengkapi, membentuk kerangka kerja komprehensif bagi umat Tuhan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Pesan utama yang disampaikan Musa adalah konsekuensi langsung dari ketaatan: "agar kamu hidup, dan dapat memasuki serta menduduki negeri, yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu." "Hidup" di sini bukan hanya eksistensi fisik, tetapi kehidupan yang penuh makna, sejahtera, dan berkelimpahan. Ini adalah kehidupan yang diberkati, di mana mereka dapat menikmati hasil kerja keras mereka, membangun keluarga, dan beribadah kepada Tuhan dengan aman.
Masuk dan menduduki negeri bukanlah sekadar perpindahan geografis. Ini adalah penegasan kembali janji Allah kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Tuhan telah berjanji akan memberikan tanah itu kepada keturunan mereka, dan janji itu akan tergenapi melalui ketaatan bangsa Israel pada hukum-Nya. Ini menunjukkan bahwa ketaatan bukan hanya beban, tetapi kunci untuk mengalami pemenuhan janji Allah.
Ayat ini mengajarkan kita bahwa hidup sesuai dengan prinsip-prinsip ilahi adalah fondasi untuk kehidupan yang sejati dan berkelimpahan. Ketaatan kepada Tuhan bukanlah tindakan tanpa makna, melainkan sebuah respons iman yang membuka pintu kepada berkat-berkat-Nya. Sama seperti bangsa Israel yang harus mematuhi hukum untuk menikmati Tanah Perjanjian, kita pun dipanggil untuk hidup dalam kebenaran-Nya agar dapat mengalami kepenuhan hidup yang Dia tawarkan.
Penekanan pada "TUHAN, Allah nenek moyangmu" juga penting. Ini mengingatkan Israel bahwa mereka adalah bagian dari garis keturunan iman yang panjang, dan Tuhan yang telah setia kepada para leluhur mereka juga akan setia kepada mereka. Ini memberikan jaminan dan kekuatan bagi mereka untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.