Ayat Kisah Para Rasul 9:31 memberikan gambaran yang sangat indah tentang kondisi gereja perdana setelah periode awal yang penuh gejolak dan penganiayaan. Ayat ini berfungsi sebagai sebuah rapor, sebuah catatan penting tentang dampak positif dari karya para rasul dan Roh Kudus yang bekerja melalui mereka.
Pada mulanya, gereja mengalami berbagai tantangan. Penganiayaan terhadap orang percaya, seperti yang dialami oleh Stefanus dan kemudian oleh Saulus Tarsus (yang kelak menjadi Rasul Paulus), telah membuat banyak orang tercerai-berai. Namun, justru dalam keterceceran itulah firman Tuhan terus tersebar ke berbagai penjuru, bahkan sampai ke Antiokhia. Pertobatan Saulus menjadi titik balik yang signifikan. Dari seorang penganiaya yang ganas, ia bertransformasi menjadi rasul yang gigih memberitakan Injil.
Kisah Rasul 9:31 secara eksplisit menyatakan bahwa jemaat "merasa damai". Kata "damai" di sini bukan sekadar absennya konflik eksternal, melainkan juga kedamaian internal yang mendalam. Kedamaian ini lahir dari pemahaman yang semakin kuat tentang kebenaran Injil, kepastian akan keselamatan, dan kehadiran Roh Kudus yang terus menuntun dan menghibur. Ketika damai meraja, ketakutan yang sebelumnya mengancam mulai digantikan oleh keberanian dan keyakinan yang kokoh.
Selanjutnya, ayat ini juga menyebutkan bahwa jemaat "dibangun". Frasa ini mengacu pada pertumbuhan rohani dan struktural gereja. Pembangunan ini terjadi dalam berbagai aspek. Secara individu, orang-orang percaya semakin diperlengkapi, bertumbuh dalam iman, pengetahuan akan Kristus, dan karakter yang mencerminkan Kristus. Secara komunal, persekutuan menjadi lebih kuat, terorganisir, dan mampu menjalankan misinya dengan lebih efektif. Bangunan rohani ini bukan hanya fisik, tetapi juga relasional dan spiritual.
Kunci dari kedamaian dan pembangunan ini tertulis dengan jelas: "Mereka hidup dalam ketakutan kepada Tuhan dan mereka didorong oleh Roh Kudus". Ketakutan kepada Tuhan (reverence dan respect yang mendalam) bukan berarti rasa takut yang melumpuhkan, melainkan kesadaran akan kekudusan, keagungan, dan kedaulatan Tuhan. Kesadaran ini mendorong mereka untuk hidup taat dan kudus. Dorongan dari Roh Kudus adalah energi ilahi yang memampukan mereka untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga untuk maju dan bersaksi. Roh Kudus memberikan hikmat, keberanian, dan kekuatan.
Puncak dari kondisi positif ini adalah "jumlah mereka bertambah". Pertumbuhan gereja adalah bukti nyata dari berkat Tuhan dan efektivitas Injil. Pertumbuhan ini tidak hanya bersifat kuantitatif (bertambahnya jumlah orang), tetapi juga kualitatif (semakin banyak orang yang hidup sesuai dengan ajaran Kristus). Kisah Rasul 9:31 adalah gambaran surga di bumi, sebuah visi tentang apa yang dapat dicapai ketika gereja hidup dalam kebenaran firman, dipimpin oleh Roh Kudus, dan mengalami kedamaian yang sejati.