Ulangan 4:3

"Juga mata kamu telah melihat, apa yang diperbuat oleh TUHAN karena Baal-Peor, sebab setiap orang yang mengikuti Baal-Peor, telah dimusnahkan oleh TUHAN, Allahmu, dari tengah-tengahmu."

Memetik Pelajaran dari Peringatan

Ayat Ulangan 4:3 ini adalah sebuah pengingat yang kuat dari Musa kepada bangsa Israel yang akan memasuki Tanah Perjanjian. Kata-kata ini diucapkan bukan tanpa alasan. Bangsa Israel baru saja melewati pengalaman pahit yang mengajarkan sebuah kebenaran fundamental tentang kesetiaan kepada Allah. Mereka telah menyaksikan secara langsung konsekuensi mengerikan dari penyembahan berhala, khususnya pemujaan Baal-Peor yang membawa kutuk dan kehancuran.

Musa menekankan bahwa mereka tidak hanya mendengar cerita, tetapi "mata kamu telah melihat". Ini menegaskan bahwa pengalaman tersebut adalah nyata dan meninggalkan bekas yang mendalam. Peristiwa di Baal-Peor bukanlah sekadar catatan sejarah kuno, melainkan sebuah pelajaran hidup yang harus tertanam kuat dalam ingatan dan hati setiap individu. Allah tidak main-main dengan kesetiaan umat-Nya. Ketidaktaatan, terutama dalam bentuk penyembahan berhala, membawa konsekuensi yang serius dan menghancurkan, seperti yang telah dibuktikan dengan pemusnahan orang-orang yang terjerumus dalam penyembahan tersebut.

Simbol Peringatan dan Pilihan

Menjaga Kesetiaan di Era Modern

Pesan Ulangan 4:3 ini tetap relevan hingga kini. Di tengah arus informasi dan gaya hidup yang serba cepat, godaan untuk "menyembah berhala" bisa datang dalam berbagai bentuk. Berhala modern tidak selalu berupa patung kayu atau batu, melainkan bisa berupa uang, kekuasaan, popularitas, ambisi pribadi, atau bahkan pandangan dunia yang menentang kebenaran ilahi. Segala sesuatu yang kita prioritaskan di atas Allah, yang kita percayai sepenuhnya, dan yang mengontrol keputusan hidup kita, berpotensi menjadi berhala.

Musa mengajak bangsa Israel untuk mengingat dan mengajarkan hal ini kepada anak cucu mereka. Pentingnya meneruskan warisan iman ini tidak bisa diremehkan. Pengalaman pahit yang telah dilalui harus menjadi pelajaran berharga, bukan untuk ditakuti, tetapi untuk dipahami agar tidak terulang kembali. Kesetiaan kepada Allah adalah fondasi kehidupan yang kokoh. Ketika kita memilih untuk menempatkan Allah di tempat pertama dalam segala aspek kehidupan, kita memilih berkat dan perlindungan-Nya. Sebaliknya, berpaling dari-Nya akan selalu membawa konsekuensi yang merugikan.

Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya refleksi diri. Apakah ada "berhala" yang diam-diam telah mengambil tempat Allah dalam hati kita? Apakah prioritas kita sudah sejalan dengan kehendak-Nya? Dengan mengingat peringatan dari Ulangan 4:3, kita dapat membuat pilihan yang lebih bijak, memurnikan hati kita dari segala bentuk penyembahan yang salah, dan terus berjalan dalam kesetiaan kepada Allah yang telah menunjukkan kasih dan keadilan-Nya.