"Coba tanyakanlah kepada zaman dahulu kala, sejak Allah menciptakan manusia di bumi, dan tanyakanlah dari ujung langit ke ujung langit: Pernahkah terjadi sesuatu yang demikian besar seperti ini, atau pernahkah terdengar sesuatu yang demikian? Pernahkah bangsa mendengar suara Allah berbicara dari tengah-tengah api seperti engkau dengar, dan tetap hidup?"
Ayat Ulangan 4:32 merupakan sebuah seruan yang kuat dari Musa kepada bangsa Israel. Ayat ini mengajak mereka untuk merenungkan dan mengingat kembali pengalaman luar biasa yang telah mereka saksikan dan alami di Gunung Sinai. Peristiwa ini bukan sekadar kejadian biasa, melainkan sebuah manifestasi ilahi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan bahkan belum pernah terdengar di seluruh penjuru bumi sejak penciptaan manusia. Musa menekankan pentingnya mengingat keunikan kejadian tersebut, sebagai fondasi keyakinan dan pemahaman mereka tentang Allah.
Musa mengajak bangsa Israel untuk tidak hanya mengandalkan ingatan pasif, tetapi melakukan eksplorasi aktif. Ia meminta mereka untuk "bertanya" dan "mencari" dari "zaman dahulu kala" hingga "ujung langit ke ujung langit." Ini adalah sebuah tantangan untuk membandingkan pengalaman mereka dengan seluruh sejarah manusia dan kejadian di alam semesta. Pertanyaannya sederhana namun mendalam: "Pernahkah terjadi sesuatu yang demikian besar seperti ini, atau pernahkah terdengar sesuatu yang demikian?"
Tujuan dari perbandingan ini adalah untuk menunjukkan betapa istimewanya Allah yang telah mereka pilih dan yang telah memilih mereka. Kebesaran yang dimaksud di sini bukan hanya dalam arti monumental, tetapi juga dalam arti kesakralan dan manifestasi kuasa ilahi. Peristiwa di Sinai melibatkan dialog langsung antara Allah dan umat-Nya, sebuah kehormatan yang luar biasa.
Poin krusial dari Ulangan 4:32 terletak pada penekanan tentang "suara Allah berbicara dari tengah-tengah api." Api yang menyala-nyala melambangkan kehadiran Allah yang kudus dan berkuasa, namun juga memberikan kehangatan dan penerangan. Bangsa Israel mendengar suara Allah secara langsung, sebuah pengalaman yang seharusnya menggugah rasa kagum dan takut akan Tuhan.
Namun, yang lebih mengagumkan adalah frasa "dan tetap hidup." Banyak orang pada zaman kuno percaya bahwa melihat atau mendengar langsung Allah akan berakibat kematian karena ketidaklayakan manusia di hadapan kekudusan-Nya. Namun, Allah dalam kasih karunia-Nya memungkinkan umat-Nya mendengar suara-Nya dan tetap hidup. Ini menunjukkan kasih setia dan perjanjian-Nya yang kuat dengan Israel. Kehidupan yang mereka nikmati setelah mendengar suara Allah adalah bukti tanda perjanjian dan anugerah-Nya yang tak terhingga.
Meskipun kita tidak mengalami peristiwa yang sama persis di Gunung Sinai, pelajaran dari Ulangan 4:32 tetap relevan. Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya mengingat perbuatan Allah dalam hidup kita dan dalam sejarah. Kita dipanggil untuk tidak melupakan karya-karya besar-Nya, termasuk anugerah keselamatan melalui Yesus Kristus yang merupakan manifestasi terbesar dari Allah.
Pesan ini juga mendorong kita untuk menghargai Firman Tuhan. Sebagaimana bangsa Israel mendengar suara Allah secara langsung, kita memiliki akses kepada Firman-Nya yang tertulis dan Roh Kudus yang membimbing kita. Penting bagi kita untuk mendengarkan dan menaati ajaran-Nya, serta membagikan kesaksian tentang kebesaran-Nya kepada generasi mendatang. Jangan sampai kita menjadi seperti bangsa yang mudah melupakan, melainkan terus menerus mengingat dan merenungkan kebesaran Allah, sehingga iman kita terus bertumbuh dan kita senantiasa hidup dalam terang-Nya.