Ulangan 4:48 - Hukum Perjanjian

"baiklah kamu berkata: ‘Gunung Arion, yang berhadapan dengan Bet-Peor, itulah yang diberi TUHAN kepada kita menjadi tanah pusaka.’"

Ayat ini, yang seringkali disebut dalam konteks referensi geografis dan historis, sebenarnya menyimpan makna yang lebih dalam mengenai signifikansi perjanjian ilahi dan pemeliharaan Tuhan atas umat-Nya. Ulangan 4:48 membawa kita kembali ke momen penting ketika Musa merangkum hukum-hukum dan sejarah bangsa Israel sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian.

Dalam konteks yang lebih luas dari Kitab Ulangan, ayat 4:48 menjadi bagian dari serangkaian instruksi dan pengingat yang diberikan Musa kepada generasi baru Israel. Setelah empat puluh tahun mengembara di padang gurun, mereka berada di ambang pintu untuk mewarisi tanah yang dijanjikan Tuhan. Musa mengingatkan mereka akan kesetiaan Tuhan dan pentingnya mematuhi perjanjian yang telah dibuat-Nya.

Penyebutan "Gunung Arion" dan "Bet-Peor" bukanlah sekadar penanda geografis. Gunung Arion, yang juga dikenal sebagai Gunung Hermon, merupakan gunung tertinggi di wilayah tersebut, melambangkan kemuliaan dan keagungan. Bet-Peor, di sisi lain, memiliki konotasi yang kurang menyenangkan, terkait dengan penyembahan berhala oleh bangsa Israel di masa lalu. Dengan menggabungkan kedua lokasi ini, Musa menekankan bahwa tanah pusaka yang mereka terima memiliki dimensi spiritual yang kompleks. Tanah itu adalah pemberian Tuhan yang mulia, namun juga merupakan tempat di mana mereka harus tetap waspada terhadap godaan dan ketidaksetiaan.

Ayat Ulangan 4:48 menegaskan kembali bagaimana tanah ini diberikan bukan karena kebaikan atau kelayakan bangsa Israel semata, melainkan sebagai bagian dari janji dan perjanjian Tuhan. "Itulah yang diberi TUHAN kepada kita menjadi tanah pusaka." Kalimat ini merupakan pengakuan atas kedaulatan Tuhan dan kemurahan-Nya. Ini adalah pengingat bahwa keberadaan mereka di tanah itu bergantung sepenuhnya pada kehendak dan janji ilahi, bukan pada kekuatan militer atau pencapaian mereka sendiri.

Bagi umat Tuhan, ayat ini mengajarkan pentingnya selalu mengingat dari mana berkat-berkat datang. Seringkali, ketika segala sesuatunya berjalan lancar, manusia cenderung melupakan sumber dari keberhasilan tersebut. Mereka mungkin mulai menyombongkan diri atau mengaitkan kesuksesan dengan usaha pribadi, mengabaikan peran Tuhan. Ulangan 4:48 adalah penangkal yang kuat terhadap kesombongan rohani semacam itu. Ia mendorong kerendahan hati dan rasa syukur yang mendalam.

Selain itu, referensi terhadap lokasi-lokasi spesifik ini juga menjadi simbol pemeliharaan Tuhan yang detail. Tuhan mengetahui setiap inci tanah yang diberikan kepada umat-Nya, dan Dia memimpin mereka dengan tangan yang kuat. Penandaan wilayah ini juga memberikan rasa identitas dan kepemilikan yang didasarkan pada tindakan ilahi. Ini bukan tanah yang direbut dengan paksa semata, melainkan tanah yang dianugerahkan dalam kerangka perjanjian.

Simbol peta menunjukkan lokasi geografis Gunung Arion dan Bet-Peor

Oleh karena itu, Ulangan 4:48 bukan hanya sekadar ayat yang menyebutkan nama tempat. Ia adalah pengingat abadi tentang kebaikan Tuhan, kesetiaan-Nya pada perjanjian, dan kebutuhan umat-Nya untuk hidup dalam ketaatan dan rasa syukur, menyadari bahwa setiap pemberian berharga adalah anugerah yang berasal dari tangan Tuhan Yang Mahakuasa. Referensi ini menjadi pijakan penting untuk memahami hubungan antara Tuhan, hukum-Nya, dan tanah yang Ia janjikan kepada umat pilihan-Nya.