"Dan ia menderita sakit bersalin, lalu melolong karena sakitnya, ketika ia hendak melahirkan."
Ayat Wahyu 12:2 melukiskan sebuah gambaran yang kuat dan penuh dramatisme tentang sebuah persalinan yang sulit. Perikop ini merupakan bagian dari pasal yang secara luas menafsirkan nubuat-nubuat Alkitab, khususnya yang berkaitan dengan tokoh-tokoh spiritual dan konflik besar antara kebaikan dan kejahatan. Kata-kata "menderita sakit bersalin, lalu melolong karena sakitnya, ketika ia hendak melahirkan" bukan sekadar deskripsi fisik, melainkan sebuah simbolisme yang mendalam dalam teologi Kristen, merujuk pada perjuangan luar biasa yang mendahului sebuah kelahiran yang sangat penting.
Dalam konteks Kitab Wahyu, wanita yang digambarkan dalam pasal 12 sering ditafsirkan sebagai representasi umat Allah atau Israel. Perjuangan dan sakit bersalin yang dialaminya mengindikasikan periode yang penuh dengan penderitaan, tantangan, dan mungkin penganiayaan. Ini adalah masa kritis, momen penentuan di mana sesuatu yang baru dan berharga akan segera hadir ke dunia. Sakit bersalin yang digambarkan begitu hebat, sampai wanita itu "melolong", menekankan betapa intens dan beratnya cobaan yang sedang dihadapi.
Kelahiran yang ditunggu-tunggu dalam konteks ini sering dikaitkan dengan kedatangan Mesias, yaitu Yesus Kristus. Sebelum kedatangan-Nya, bangsa Israel dan umat Allah secara keseluruhan menghadapi berbagai cobaan dan tekanan. Nubuat-nubuat tentang kedatangan Sang Penyelamat dipenuhi dengan janji tetapi juga dibayangi oleh persiapan yang sulit. Ayat ini menunjukkan bahwa kelahiran yang monumental ini tidak datang dengan mudah, melainkan melalui pergumulan yang luar biasa. Ini mengajarkan bahwa segala sesuatu yang berharga dan berdampak besar seringkali membutuhkan pengorbanan, penderitaan, dan ketekunan.
Lebih jauh lagi, Wahyu 12:2 juga dapat dipahami dalam arti yang lebih luas, menggambarkan perjuangan umat Allah sepanjang sejarah. Sepanjang zaman, umat percaya seringkali menghadapi tantangan dari kekuatan-kekuatan yang menentang kehendak Allah. Perjuangan untuk mempertahankan iman, untuk hidup sesuai dengan kebenaran ilahi, dan untuk melahirkan pengaruh Kerajaan Allah di dunia seringkali diwarnai dengan kesulitan. Sakit bersalin ini bisa menjadi gambaran dari upaya kolektif umat Allah untuk mewujudkan tujuan ilahi, bahkan ketika menghadapi perlawanan yang kuat.
Gambaran ini secara kuat menegaskan tema yang konsisten dalam Alkitab: bahwa kemenangan seringkali datang setelah periode penderitaan. Ini adalah pengingat bahwa kesulitan yang kita alami bukanlah akhir dari segalanya, melainkan bisa jadi bagian dari proses menuju sebuah kelahiran baru, sebuah pembaruan, atau pencapaian tujuan ilahi yang lebih besar. Ayat ini mendorong kita untuk melihat melewati rasa sakit dan kesulitan saat ini, dan memfokuskan pandangan pada harapan akan kelahiran dan kemenangan yang pasti akan datang sesuai dengan janji-janji-Nya.
Dalam keseluruhan narasi Wahyu, setelah sakit bersalin yang dramatis ini, akan terjadi sebuah kelahiran yang menyelamatkan. Ini adalah janji pengharapan yang luar biasa, bahwa meskipun ada penderitaan dan pergumulan, Allah berkuasa untuk membawa pembebasan dan kemenangan. Wahyu 12:2 mengajarkan kepada kita tentang kekuatan dan ketahanan iman dalam menghadapi masa-masa sulit, sambil menantikan pemenuhan rencana Allah yang sempurna.