Wahyu 18:6 - Keadilan Ilahi Akan Ditegakkan

"Balaslah dia setimpal dengan perbuatannya, berilah dia balasan ganda sebanyak perbuatannya. Campurkanlah baginya dua kali ganda dari apa yang telah dituangnya ke dalam cawan."

Ayat Kitab Wahyu 18:6 adalah sebuah seruan yang kuat dan tegas mengenai keadilan ilahi. Ayat ini muncul dalam konteks gambaran kehancuran Babel Besar, sebuah simbol kota yang mewakili kekuatan dunia yang jahat, kemewahan yang korup, dan penindasan terhadap umat Tuhan. Seruan ini bukan sekadar ungkapan kemarahan, melainkan sebuah deklarasi prinsip keadilan yang tak terhindarkan dari Allah.

Frasa "Balaslah dia setimpal dengan perbuatannya" menekankan prinsip retribusi yang adil. Allah tidak akan bertindak secara sewenang-wenang, tetapi akan mengukur dan membalas setiap tindakan sesuai dengan bobotnya. Ini menunjukkan bahwa setiap perbuatan, baik yang baik maupun yang jahat, memiliki konsekuensi yang pasti. Keadilan ilahi berarti bahwa kejahatan tidak akan selamanya berkuasa dan tidak akan luput dari hukuman yang setimpal.

Perintah untuk "memberi dia balasan ganda sebanyak perbuatannya" bukanlah berarti Allah yang kejam atau tidak adil. Sebaliknya, ini menyoroti bobot dan keseriusan kejahatan yang telah dilakukan oleh Babel Besar. Tingkat dosa dan penindasan yang diwakilinya telah mencapai puncak, sehingga pembalasannya pun harus mencerminkan kedalaman kebejatan tersebut. Ini adalah ekspresi dari kemarahan Allah yang kudus terhadap dosa yang terus-menerus dan penghinaan terhadap prinsip-prinsip-Nya.

Metafora "Campurkanlah baginya dua kali ganda dari apa yang telah dituangnya ke dalam cawan" lebih lanjut mengilustrasikan konsep ini. Cawan di sini dapat diartikan sebagai wadah yang berisi dosa, kekejaman, atau kebobrokan. Babel Besar telah menuangkan banyak hal buruk ke dalam "cawan" dunia, dan kini ia akan menerima kembali apa yang telah ditaburnya, bahkan lebih banyak lagi. Ini menggambarkan pembalikan nasib yang total, di mana penindas kini akan ditindas, dan penipu akan tertipu.

Dalam pemahaman teologis, ayat ini sering dihubungkan dengan keadilan Allah yang bersifat transenden. Meskipun di dunia ini kita sering melihat kejahatan tampak berjaya sementara orang benar menderita, Kitab Wahyu menegaskan bahwa pada akhirnya, Allah akan bertindak dengan keadilan yang sempurna. Keadilan ini tidak hanya bersifat menghukum kejahatan, tetapi juga memulihkan tatanan dan memberikan kelegaan serta keselamatan bagi umat-Nya yang telah setia.

Bagi orang percaya, Wahyu 18:6 memberikan penghiburan dan harapan. Di tengah ketidakadilan dan penderitaan yang mungkin dialami, keyakinan bahwa Allah melihat dan akan bertindak menegakkan keadilan memberikan kekuatan untuk bertahan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa dunia ini bukanlah tempat akhir segalanya, dan bahwa Allah yang berdaulat pada akhirnya akan mengadili segala sesuatu dengan kesempurnaan.

Oleh karena itu, Wahyu 18:6 bukan hanya tentang hukuman, tetapi juga tentang penggenapan janji Allah untuk membebaskan umat-Nya dari segala bentuk penindasan dan dosa. Ini adalah tanda bahwa kerajaan Allah akan tegak, dan keadilan-Nya akan berkuasa untuk selamanya.