"Dan ketika Ia membuka meterai yang kedua, aku mendengar suara yang kedua dari makhluk yang kedua itu berkata: "Mari dan lihatlah!" Maka tampaklah seekor kuda lain, yang berwarna merah padam. Dan kepada penunggangnya diberikan kuasa untuk mengambil damai sejahtera dari bumi, sehingga mereka saling membunuh, dan juga diberikan kepadanya sebilah pedang besar."
Simbol kuda merah dan pedang dari Wahyu 6:4.
Kitab Wahyu, bab 6, menyajikan rangkaian penglihatan visioner yang melibatkan pembukaan tujuh meterai. Setiap meterai yang dibuka mengungkapkan peristiwa-peristiwa penting yang mengindikasikan awal dari zaman yang penuh gejolak, seringkali ditafsirkan sebagai bagian dari nubuat tentang akhir zaman. Ayat keempat dari bab ini, Wahyu 6:4, secara khusus menyoroti dampak destruktif dari konflik dan kekerasan di dunia.
Ketika meterai kedua dibuka, sebuah suara memerintahkan untuk "Mari dan lihatlah!" dan memunculkan kuda kedua. Kali ini, warnanya adalah merah padam. Warna merah sering dikaitkan dengan darah, peperangan, dan kekerasan. Kuda ini melambangkan kekuatan yang dirancang untuk mengganggu kedamaian di bumi.
Penunggang kuda merah ini diberi kuasa yang signifikan: "untuk mengambil damai sejahtera dari bumi, sehingga mereka saling membunuh." Perintah ini menggarisbawahi sifat dari kekuatan yang digambarkan. Ini bukanlah kekerasan acak atau kekacauan tanpa tujuan, melainkan sebuah kekuatan yang secara aktif menghilangkan ketenangan, harmoni, dan keamanan dari dunia. Akibatnya, manusia akan saling bertikai, melancarkan peperangan, dan menumpahkan darah sesamanya. Ini mencerminkan situasi di mana konflik antarmanusia menjadi meluas, dan rasa aman menjadi sesuatu yang langka.
Selain itu, penunggang ini juga diberikan "sebilah pedang besar." Pedang adalah simbol kuno dari peperangan, penaklukan, dan kekuasaan militer. Ukuran pedang yang besar menunjukkan potensi kehancuran yang besar yang dapat ditimbulkannya. Ini memperkuat gambaran tentang penekanan pada kekerasan dan pertempuran di bumi.
Interpretasi Wahyu 6:4 seringkali beragam. Sebagian melihatnya sebagai gambaran literal dari perang dan genosida yang akan terjadi di masa depan, sementara yang lain menafsirkannya secara alegoris sebagai representasi dari peperangan ideologis, perpecahan sosial, atau bahkan konflik internal dalam diri manusia yang mengarah pada kehancuran. Terlepas dari interpretasi spesifiknya, inti pesannya adalah peringatan tentang konsekuensi mengerikan ketika kedamaian di bumi dirampas, dan kekerasan menjadi kekuatan yang dominan. Ayat ini mengingatkan kita akan kerapuhan perdamaian dan potensi kehancuran yang dapat ditimbulkan oleh konflik antarmanusia.
Dalam konteks keseluruhan kitab Wahyu, kemunculan kuda merah ini adalah salah satu dari empat kuda penunggang yang muncul setelah pembukaan empat meterai pertama. Bersama-sama, mereka melambangkan berbagai bentuk penderitaan dan malapetaka yang akan melanda bumi. Kuda merah ini, dengan fokusnya pada perampasan kedamaian dan promosi pembunuhan, menyoroti aspek sosial dan konflik manusia dari malapetaka yang digambarkan.