Kisah Yehezkiel mengenai visi tentang Bait Allah yang mulia, terutama pada pasal ke-10, menyajikan gambaran yang sarat makna spiritual dan teologis. Dalam penglihatan yang mendalam ini, nabi Yehezkiel menyaksikan kemegahan dan kehadiran Allah yang mulai meninggalkan tempat kudus-Nya. Ayat 7 dari pasal 10 ini memberikan detail yang menarik, menggambarkan gerakan dan interaksi antara makhluk-makhluk surgawi yang dikenal sebagai kerubim.
Ayat ini secara spesifik menyebutkan tindakan salah satu kerub yang mengulurkan tangannya dari tengah-tengah kerub-kerub lain. Ini adalah gambaran yang kuat tentang kemampuan individu di antara makhluk surgawi yang saling terhubung. Kerubim sering digambarkan sebagai penjaga dan pembawa takhta Allah, simbol kekuatan dan kemuliaan ilahi. Di sini, mereka digambarkan bergerak, bertindak, dan bahkan memanipulasi elemen ilahi – yaitu api yang ada di antara mereka.
Api yang disebutkan bukanlah api biasa, melainkan kemungkinan besar melambangkan kehadiran atau pekerjaan Allah yang aktif, mungkin penghakiman atau pemurnian. Tindakan kerub yang mengambil api dan memberikannya kepada "orang yang berpakaian linen" sangat penting. Orang yang berpakaian linen sering kali diidentifikasi sebagai sosok perantara, malaikat, atau bahkan Yehezkiel sendiri, yang ditugaskan untuk menerima dan menyampaikan pesan ilahi. Pakaian linen sendiri bisa melambangkan kesucian atau status pelayanan.
Gerakan dan tindakan kerubim dalam ayat ini menegaskan sifat Allah yang dinamis dan berdaulat. Allah tidak statis; kehadiran dan pekerjaan-Nya selalu aktif dan bergerak, bahkan ketika meninggalkan tempat yang sebelumnya dianggap kudus. Kerubim, sebagai perwujudan dari kekuasaan dan pelayanan Allah, bertindak sesuai dengan perintah ilahi. Mereka tidak hanya menjadi dekorasi surgawi, tetapi agen aktif dalam rencana Allah.
Makna mendalam dari Yehezkiel 10:7 dapat dilihat dari beberapa perspektif. Pertama, ini menunjukkan bahwa meskipun Allah mungkin meninggalkan Bait Suci duniawi karena dosa umat-Nya, kemuliaan dan kuasa-Nya tetap ada dan beroperasi di alam surgawi. Kedua, ayat ini menyoroti pentingnya kepatuhan dan pelayanan yang setia. Kerubim, dalam tindakan mereka, menunjukkan kesiapan untuk melaksanakan kehendak Allah tanpa ragu. Ketiga, ini adalah pengingat bahwa Allah selalu bekerja melalui perantara, menyampaikan pesan dan rencana-Nya kepada umat manusia. Tindakan kerub yang memberikan api kepada orang yang berpakaian linen mengindikasikan adanya transfer kuasa atau instruksi penting yang harus disampaikan.
Dalam konteks yang lebih luas dari Kitab Yehezkiel, visi ini merupakan prolog penting bagi seruan pertobatan dan janji pemulihan. Meskipun ada gambaran penghakiman yang menyakitkan, ayat seperti Yehezkiel 10:7 juga menawarkan secercah harapan, yaitu bahwa Allah tetap aktif, berdaulat, dan bekerja untuk mencapai tujuan akhir-Nya, bahkan di tengah-tengah peristiwa yang tampaknya mengerikan.