"Hai anak manusia, orang-orang Israel ini berkata: Penglihatan yang dilihatnya ialah untuk waktu yang lama di masa mendatang; ia bernubuat tentang masa yang jauh."
Simbol kenabian dan pewartaan kebenaran.
Ayat Yehezkiel 12:27 merupakan sebuah kutipan yang menggugah hati dan seringkali menjadi sumber perenungan mendalam bagi banyak orang. Ayat ini menangkap inti dari sebuah dialog yang terjadi antara nabi Yehezkiel dan umat Israel pada masanya. Umat Israel, yang sedang menghadapi masa-masa sulit dan pengasingan, memiliki kecenderungan untuk meremehkan dan menafsirkan nubuat-nubuat yang disampaikan oleh Yehezkiel. Mereka menganggap bahwa visi dan perkataan nabi hanyalah khayalan belaka, penglihatan yang ditujukan untuk masa depan yang sangat jauh, bukan ancaman yang nyata atau pesan yang relevan bagi kehidupan mereka saat itu.
Di balik kata-kata sederhana ini, tersembunyi sebuah pesan yang kuat tentang penolakan terhadap kebenaran dan ketidakmauan untuk menghadapi realitas. Yehezkiel, sebagai nabi Tuhan, membawa pesan-pesan yang seringkali tidak menyenangkan, berisi peringatan tentang penghakiman ilahi akibat dosa dan ketidaktaatan umat-Nya. Namun, alih-alih merenungkan dan bertobat, umat Israel memilih untuk menutup telinga dan mata mereka. Mereka menciptakan ilusi kenyamanan palsu, memproyeksikan pesan kenabian itu ke cakrawala waktu yang tak pasti, agar tidak mengganggu kedamaian sementara mereka.
Frasa "penglihatan yang dilihatnya ialah untuk waktu yang lama di masa mendatang; ia bernubuat tentang masa yang jauh" mencerminkan sebuah sikap defensif dan penolakan. Ini adalah cara untuk melepaskan diri dari tanggung jawab dan urgensi pesan yang disampaikan. Mereka mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa ancaman tersebut tidak akan datang dalam waktu dekat, sehingga mereka bisa terus hidup dalam kebiasaan dan cara pandang lama tanpa perlu melakukan perubahan yang sulit. Sikap ini, sayangnya, bukan hanya fenomena pada masa Yehezkiel, tetapi juga dapat kita temukan dalam berbagai aspek kehidupan manusia di era modern.
Pesan yang dibawa oleh Yehezkiel bukan sekadar ramalan, melainkan peringatan yang bertujuan agar umat Israel kembali ke jalan yang benar. Ketika kebenaran diabaikan atau diremehkan, konsekuensinya seringkali lebih besar dan menyakitkan. Nubuat-nubuat tersebut sejatinya adalah bentuk kasih dan peringatan dari Tuhan, sebuah kesempatan terakhir untuk berbalik sebelum penghakiman yang tak terhindarkan datang.
Kita dapat belajar banyak dari konteks Yehezkiel 12:27. Pertama, penting untuk selalu bersikap terbuka terhadap kebenaran, bahkan jika itu sulit didengar. Kedua, kita harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam penundaan dan penolakan terhadap hal-hal yang penting. Penglihatan dan perkataan nabi adalah pesan yang relevan untuk saat ini, bukan sekadar cerita usang untuk generasi mendatang. Mengabaikan peringatan dapat berujung pada konsekuensi yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, merenungkan ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya responsivitas terhadap kebenaran ilahi dan menjaga hati agar tetap peka terhadap firman-Nya, agar kita tidak mengulangi kesalahan umat Israel di masa lampau.