Yehezkiel 12:3 - Pesan Ilahi Kesiapan

"Oleh karena itu, hai anak manusia, siapkanlah bagimu barang-barang untuk pengasingan, dan lakukanlah itu pada waktu siang hari, di depan mata mereka. Dan siapkanlah bagimu barang-barang untuk pengasingan, seolah-olah dalam pengasingan, di depan mata mereka. Dan berangkatlah pada waktu senja, di depan mata mereka, seolah-olah untuk pergi ke pengasingan."

Persiapan Perjalanan Di depan mata banyak orang

Ilustrasi: Kesiapan dan perjalanan di depan mata.

Kitab Yehezkiel, seorang nabi yang diutus kepada bangsa Israel yang terbuang di Babel, seringkali dipenuhi dengan penglihatan dan tindakan simbolis yang mendalam. Salah satu momen yang paling mencolok dan provokatif adalah perintah yang diterima Yehezkiel dalam pasal 12 ayat 3. Perintah ini bukan sekadar perkataan, melainkan sebuah tindakan dramatis yang dirancang untuk menyampaikan pesan yang kuat kepada orang-orang sezamannya, sekaligus menjadi pelajaran abadi bagi kita yang membacanya di masa kini. Ayat ini memerintahkan Yehezkiel untuk secara gamblang mempersiapkan barang-barang yang akan dibawanya jika ia harus pergi mengungsi, dan melakukannya di depan mata seluruh komunitas.

Tindakan ini memiliki signifikansi berlapis. Pertama, itu adalah peringatan visual yang tidak dapat diabaikan. Di zaman kuno, pengungsian atau pembuangan adalah peristiwa yang mengerikan dan penuh penderitaan. Dengan secara terang-terangan menunjukkan persiapan barang-barang pengungsian di siang hari, Yehezkiel memaksa orang-orang untuk secara sadar menghadapkan diri pada kenyataan pahit yang akan datang. Ini bukan lagi sekadar ancaman abstrak, tetapi sebuah visualisasi dari kehancuran yang mengintai Yerusalem dan bangsa Yahudi. Di depan mata mereka, Yehezkiel menyoroti betapa dekat dan tak terhindarkan masa depan yang suram itu.

Lebih jauh lagi, perintah untuk melakukan tindakan ini "seolah-olah dalam pengasingan" dan "seolah-olah untuk pergi ke pengasingan" menekankan urgensi dan ketidakpastian. Yehezkiel tidak hanya mengemas barang, tetapi ia menjalani sebuah "drama" persiapan, meniru kesedihan dan kesulitan yang akan dialami oleh mereka yang benar-benar terusir. Tindakan ini berfungsi sebagai metafora yang hidup bagi kehancuran total yang akan menimpa Yerusalem. Segala kemewahan dan keamanan yang mereka rasakan saat itu hanyalah ilusi yang akan segera lenyap.

Perintah untuk berangkat pada waktu senja, "di depan mata mereka," menambahkan elemen dramatis dan simbolis. Senja seringkali melambangkan akhir, penutupan, dan permulaan kegelapan. Tindakan Yehezkiel di waktu senja semakin menegaskan bahwa era kemakmuran dan kemerdekaan bangsa itu akan segera berakhir. Dengan demikian, Yehezkiel 12:3 menjadi sebuah seruan ilahi yang mendesak untuk kesadaran dan kesiapan. Ia meminta umat Allah untuk tidak terbuai dalam kepalsuan keamanan, tetapi untuk melihat realitas yang disajikan oleh tindakan kenabian ini. Pesan inti dari ayat ini adalah pentingnya menghadapi kebenaran, betapapun sulitnya, dan mempersiapkan diri untuk masa depan yang mungkin tidak menyenangkan, namun merupakan bagian dari kehendak ilahi.