Ayat Yehezkiel 13:20 memberikan sebuah gambaran yang sangat kuat tentang murka Tuhan terhadap para nabi palsu yang menyesatkan umat-Nya. Dalam konteks sejarahnya, kitab Yehezkiel ditulis pada masa pembuangan di Babel, sebuah periode yang penuh dengan keputusasaan dan kerinduan umat Israel untuk kembali ke tanah air mereka. Di tengah kondisi ini, muncul suara-suara kenabian yang menawarkan harapan palsu, berlawanan dengan pesan nubuat sejati yang menyampaikan kebenaran tentang dosa dan perlunya pertobatan.
Firman Tuhan yang disampaikan melalui Yehezkiel menegaskan bahwa Ia secara aktif menentang para nabi yang menggunakan "jubah-jubah" mereka—simbol otoritas kenabian—untuk menjerat dan "menangkap jiwa-jiwa". Tindakan ini bukan hanya sekadar memberikan informasi yang salah, tetapi merupakan manipulasi spiritual yang berakibat fatal bagi umat. Mereka dijanjikan kedamaian dan keselamatan tanpa syarat, padahal kenyataannya adalah penghukuman ilahi yang akan datang akibat ketidaktaatan mereka. Tuhan berjanji akan membebaskan "jiwa-jiwa" tersebut, metafora yang kuat untuk menggambarkan bagaimana Ia akan melindungi umat-Nya dari cengkeraman penyesat. Perumpamaan tentang burung yang lolos dari perangkap menunjukkan sifat penangkapan yang licik dan upaya penyelamatan yang penuh kuasa.
Penulis Yehezkiel sering kali menggambarkan nabi-nabi palsu sebagai orang-orang yang "menjahit bantal-bantal" dan "membuat selubung-selubung" untuk menutupi kebenaran dan memberikan kenyamanan yang semu. Dalam ayat 20 ini, Tuhan menyatakan akan "merobek-robek selubung-selubungmu," yang berarti Ia akan membongkar dan menghancurkan ilusi serta kebohongan yang disebarkan oleh para nabi gadungan. Ini adalah tindakan penghakiman sekaligus pembebasan. Tujuannya adalah agar umat Allah tidak lagi menjadi "mangsa" dari tipu daya mereka.
Lebih jauh lagi, ayat ini diakhiri dengan pernyataan penegasan: "dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan." Pengetahuan ini tidak hanya bersifat intelektual, tetapi pengalaman mendalam tentang kedaulatan dan kesetiaan Tuhan. Melalui penghakiman atas nabi-nabi palsu dan pembebasan umat-Nya, identitas dan kuasa Tuhan akan menjadi nyata dan tak terbantahkan. Pesan ini memiliki relevansi abadi, mengingatkan setiap generasi tentang pentingnya membedakan antara suara kebenaran ilahi dan suara penyesat yang menawarkan jalan pintas atau kenyamanan tanpa pertobatan yang tulus. Kita dipanggil untuk tetap waspada, menguji setiap ajaran terhadap Firman Tuhan yang tertulis, dan bersukacita dalam kepastian bahwa Tuhan sendiri yang akan menjaga dan menyelamatkan umat-Nya dari segala bentuk penipuan spiritual.
Ilustrasi visual simbolis dari otoritas ilahi dan pembebasan dari tipu daya.