"Oleh karena hati orang benar telah kamu buat sedih dengan kebohonganmu, dan Aku tidak membuat dia susah, dan kamu telah menguatkan tangan orang jahat, supaya jangan ia berpaling dari jalannya yang jahat dan hidup."
Ayat Yehezkiel 13:22 merupakan sebuah peringatan keras dari Allah melalui nabi-Nya, Yehezkiel, yang ditujukan kepada para nabi palsu dan pemimpin rohani pada masa itu. Mereka dituduh telah melakukan kesalahan fatal: menyesatkan umat Allah dan merugikan orang-orang benar. Kata-kata Allah dalam ayat ini sangat tajam, mengungkap betapa seriusnya dampak dari tindakan mereka terhadap hati dan kehidupan umat.
Dalam konteks sejarah, bangsa Israel pada masa pembuangan sedang mengalami masa-masa sulit dan penuh kekacauan. Di tengah penderitaan tersebut, muncullah para nabi palsu yang menyebarkan pesan-pesan bohong dan palsu. Mereka mengatakan bahwa semua baik-baik saja, bahwa pembuangan itu akan segera berakhir, dan bahwa Allah masih bersama mereka tanpa syarat. Pesan-pesan ini terdengar indah di telinga, tetapi sejatinya adalah kebohongan yang menipu.
Yehezkiel 13:22 secara spesifik menyoroti dampak negatif dari kebohongan para nabi palsu ini terhadap "hati orang benar". Bayangkan orang-orang yang sungguh-sungguh berusaha hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang bergumul dalam iman di tengah kesulitan, dan yang merindukan pemulihan sejati. Mereka menjadi sedih karena kebohongan yang disebarkan. Kebohongan ini meruntuhkan pengharapan yang sehat dan menggantinya dengan kepalsuan yang tidak memiliki dasar. Perasaan sedih ini bukan sekadar kekecewaan, melainkan luka spiritual yang dalam, ketika kebenaran yang mereka pegang dipermainkan oleh kata-kata kosong.
Lebih jauh lagi, ayat ini mengecam para nabi palsu karena "menguatkan tangan orang jahat". Ini berarti mereka memberikan dukungan, validasi, dan alasan bagi orang-orang yang terus hidup dalam dosa dan kejahatan. Alih-alih mendorong mereka untuk bertobat dan meninggalkan jalan yang salah, para nabi palsu justru membiarkan mereka terus berada dalam kesesatan, dengan janji-janji palsu akan keselamatan. Ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap tugas kenabian yang seharusnya menyerukan pertobatan dan kebenaran.
Meskipun ayat ini berasal dari konteks sejarah yang spesifik, pesannya tetap relevan bagi kita saat ini. Dalam dunia yang penuh dengan informasi yang begitu mudah diakses, kita juga perlu waspada terhadap kebohongan dan penyesatan rohani. Kita harus berhati-hati agar tidak mudah terbuai oleh ajaran-ajaran yang terdengar menarik namun bertentangan dengan firman Tuhan yang sejati.
Penting bagi kita untuk terus belajar firman Tuhan, berdoa memohon hikmat dari Roh Kudus, agar kita dapat membedakan kebenaran dari kepalsuan. Sebagaimana Allah menghendaki orang benar untuk tidak dibuat sedih oleh kebohongan, demikian pula Ia menginginkan kita untuk hidup dalam kebenaran dan membimbing orang lain ke arah yang benar. Kesalehan sejati bukanlah tentang kenyamanan sesaat yang dibangun di atas kebohongan, melainkan tentang keteguhan iman yang kokoh di atas dasar kebenaran Allah yang kekal. Marilah kita menjadi agen kebenaran, bukan penyesatan, dalam kehidupan kita sehari-hari.