"Anak manusia, orang-orang ini telah mendirikan berhala di hati mereka dan memasang batu sandungan kejahatan mereka di hadapan mereka. Masakan Aku membiarkan diri-Ku ditanyai oleh mereka?"
Ilustrasi abstrak yang menggambarkan hati yang keras dengan berhala dan tanda peringatan, menggunakan gradasi warna biru cerah.
Firman Tuhan yang disampaikan melalui Nabi Yehezkiel dalam pasal 14 ayat 3 merupakan sebuah teguran keras sekaligus peringatan mendalam bagi bangsa Israel. Ayat ini menyoroti sebuah realitas yang sangat menyedihkan: meskipun secara fisik mereka mungkin berada di hadapan nabi, hati mereka telah berpaling dan mendirikan "berhala" di dalam diri mereka. Penyembahan berhala bukan hanya sekadar tindakan ritual menyembah patung, tetapi juga mencakup segala sesuatu yang dijadikan prioritas utama melebihi Tuhan, menguasai pikiran, dan mengarahkan keputusan hidup seseorang.
Yehezkiel menyebutnya sebagai "batu sandungan kejahatan". Ini mengindikasikan bahwa berhala-berhala yang ada di hati mereka telah menjadi penghalang utama yang membuat mereka tersandung dan jatuh dalam dosa. Berhala-berhala ini bisa berupa keserakahan, kebanggaan, ketakutan, keinginan duniawi, atau bahkan pemikiran dan prinsip-prinsip yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Ketika hal-hal ini mengakar kuat dalam hati, mereka menjadi seperti batu besar yang menghalangi perjalanan rohani, membuat seseorang tidak dapat lagi mendekat kepada Tuhan dengan tulus.
Pertanyaan retoris yang diajukan Tuhan, "Masakan Aku membiarkan diri-Ku ditanyai oleh mereka?", menunjukkan sebuah ketidaksetujuan ilahi. Tuhan tidak akan memberikan jawaban atau perkenanan kepada mereka yang hatinya tidak tulus dan telah mengizinkan penyembahan berhala menguasai. Ini bukan berarti Tuhan menolak untuk menjawab, tetapi Dia tidak akan mentolerir kemunafikan. Ketika seseorang datang kepada Tuhan dengan hati yang terpecah, dengan separuh hati masih terikat pada hal-hal duniawi yang dilarang, maka hubungan dan komunikasi yang otentik tidak dapat terjalin.
Relevansi Yehezkiel 14:3 terasa kuat hingga saat ini. Di era modern, berhala mungkin tidak selalu berbentuk patung kayu atau batu. Berhala bisa jadi adalah kesibukan yang berlebihan yang membuat kita melupakan doa, obsesi terhadap karier yang mengesampingkan nilai-nilai spiritual, atau ketakutan yang membuat kita bergantung pada kekuatan lain selain Tuhan. Ketika kita membiarkan hal-hal tersebut mendominasi pikiran dan hati kita, kita sama saja dengan mendirikan berhala di hadapan Tuhan.
Tuhan memanggil kita untuk memeriksa hati kita masing-masing. Apakah ada "berhala" yang telah kita dirikan di dalamnya? Apakah ada "batu sandungan kejahatan" yang menghalangi kita untuk mengenal Tuhan lebih dalam dan menjalani hidup sesuai kehendak-Nya? Firman ini mengajarkan bahwa untuk dapat benar-benar berkomunikasi dengan Tuhan dan menerima tuntunan-Nya, hati kita haruslah bersih, tulus, dan sepenuhnya berpaling kepada-Nya. Penolakan terhadap segala bentuk penyembahan berhala, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi di dalam hati, adalah langkah krusial menuju hubungan yang intim dan berkenan di hadapan Sang Pencipta. Mari kita terus mengupayakan kemurnian hati agar senantiasa dapat bertanya dan dijawab oleh Tuhan.