Yehezkiel 16:48

"Lihatlah, inilah kesalahan Sodom, kakakmu: kesombongan, kelimpahan makanan, dan kesenangan hidup dalam kemakmuran, ia dan anak-anaknya, tetapi ia tidak menopang tangan orang yang tertindas dan miskin."

Simbol pengampunan dan pemulihan

Ayat Yehezkiel 16:48 memberikan gambaran yang tajam tentang akar dosa Sodom, yang menjadi perbandingan bagi Yerusalem. Ayat ini menyoroti tiga dosa utama yang dikaitkan dengan kota tersebut: kesombongan, kelimpahan makanan, dan kesenangan hidup dalam kemakmuran. Namun, yang paling krusial adalah ketidakpedulian mereka terhadap sesama, ditunjukkan dengan frasa "ia tidak menopang tangan orang yang tertindas dan miskin." Hal ini melukiskan potret masyarakat yang telah kehilangan kepekaan moral dan sosialnya, tenggelam dalam kenikmatan diri sendiri.

Perikop Yehezkiel pasal 16 secara keseluruhan adalah sebuah alegori yang kuat. Allah menggunakan gambaran seorang bayi yang dibuang, ditemukan, dan kemudian dibesarkan menjadi wanita yang cantik namun kemudian berzinah, untuk menggambarkan hubungan-Nya dengan Israel, khususnya Yerusalem. Dosa-dosa yang diuraikan, termasuk yang disebutkan dalam Yehezkiel 16:48, adalah manifestasi dari pengabaian perjanjian dan penolakan terhadap panggilan Allah untuk hidup dalam kekudusan dan keadilan. Yerusalem, seperti Sodom, dianggap telah jatuh ke dalam praktik-praktik yang menjijikkan, tidak hanya dalam penyembahan berhala tetapi juga dalam ketidakadilan sosial.

Konteks historis ayat ini sangat penting. Bangsa Israel pada masa itu sedang menghadapi kehancuran dan pembuangan. Nabi Yehezkiel diutus untuk menyatakan penghakiman Allah atas dosa-dosa mereka, tetapi juga untuk memberikan pesan pengharapan dan pemulihan. Dengan membandingkan Yerusalem dengan Sodom, Allah menekankan betapa seriusnya dosa-dosa mereka dan betapa pantasnya hukuman yang akan datang. Namun, di balik peringatan keras ini, tersirat juga janji pengampunan dan pemulihan yang ditawarkan Allah kepada mereka yang bertobat.

Inti dari Yehezkiel 16:48 bukan hanya tentang dosa-dosa Sodom atau Yerusalem, tetapi juga tentang standar keadilan dan kasih Allah. Allah menginginkan umat-Nya untuk mencerminkan karakter-Nya, yang mencakup kepedulian terhadap yang lemah dan tertindas. Kesenangan hidup dan kemakmuran seharusnya tidak membawa pada pengabaian kewajiban moral, melainkan seharusnya menjadi sarana untuk memberkati orang lain. Perintah untuk "menopang tangan orang yang tertindas dan miskin" adalah cerminan dari hukum Taurat dan perintah kasih.

Meskipun ayat ini berbicara tentang penghakiman yang keras, kita juga dapat melihat adanya potensi anugerah Allah yang luar biasa. Sejarah Israel yang penuh kegagalan dan pemberontakan tidak menghentikan rencana Allah untuk membawa keselamatan. Melalui pembuangan dan pemulihan, Allah ingin mengajarkan umat-Nya sebuah pelajaran yang mendalam tentang ketergantungan pada-Nya dan pentingnya menjalankan keadilan. Pesan ini tetap relevan hingga kini, mengingatkan kita untuk memeriksa hati dan tindakan kita, memastikan bahwa kesuksesan dan kenyamanan tidak membuat kita buta terhadap penderitaan orang lain, dan bahwa hidup kita benar-benar mencerminkan kasih dan keadilan Sang Pencipta.