Firman Tuhan dalam Yehezkiel 18:11 memberikan gambaran yang gamblang tentang berbagai dosa yang mengerikan, yang tidak hanya melanggar hukum manusia tetapi juga menodai kesucian ilahi. Ayat ini merupakan bagian dari perikop yang lebih luas di mana Nabi Yehezkiel menyampaikan pesan keadilan dan pertanggungjawaban pribadi di hadapan Tuhan. Pengulangan frasa "ia menganiya," "merampas," dan "tidak mengembalikan" menekankan sifat tindakan yang berulang dan disengaja, yang menunjukkan kebejatan moral yang mendalam. Tindakan menganiaya orang miskin dan yang berkekurangan, serta merampas barang gadaian, adalah bentuk penindasan yang paling hina. Gadaian, dalam konteks budaya kuno, seringkali merupakan satu-satunya sumber penghidupan bagi keluarga yang tertimpa kemiskinan. Merampasnya berarti merampas harapan dan kelangsungan hidup mereka.
Lebih lanjut, ayat ini juga menyoroti kemurtadan rohani dengan menyebutkan "mengangkat matanya kepada berhala-berhala, melakukan kekejian." Ini bukan sekadar kesalahan kecil, melainkan pemberontakan total terhadap Tuhan yang Maha Esa. Berhala, baik yang terbuat dari batu, kayu, maupun konsep-konsep duniawi, mewakili penyembahan diri atau kekuatan lain yang menipu, yang pada akhirnya membawa kehancuran. Kejahatan yang dilakukan karena penyembahan berhala seringkali melibatkan tindakan-tindakan yang menjijikkan, baik di mata Tuhan maupun manusia. Yehezkiel ingin menekankan bahwa Tuhan tidak tinggal diam terhadap dosa-dosa seperti ini. Keadilan-Nya akan ditegakkan, dan setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya sendiri.
Meskipun Yehezkiel 18:11 menggambarkan berbagai kejahatan, pesan keseluruhan dari pasal 18 adalah tentang harapan dan pemulihan melalui pertobatan. Tuhan menyatakan, "Aku tidak berkenan kepada kematian orang yang mati... sebab itu bertobatlah dan hiduplah!" (Yehezkiel 18:32). Dosa-dosa yang disebutkan dalam ayat 11 tidak menutup pintu kasih karunia Tuhan selamanya, asalkan ada kesadaran dan keinginan untuk berbalik. Pertobatan sejati melibatkan penghentian tindakan-tindakan jahat tersebut, pengembalian apa yang telah dirampas, dan penolakan total terhadap segala bentuk penyembahan berhala, baik yang terang-terangan maupun yang terselubung dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks modern, "mengangkat mata kepada berhala" bisa diartikan sebagai mengagungkan kekayaan materi, kekuasaan, popularitas, atau segala sesuatu yang menggantikan posisi Tuhan dalam hati. Merampas barang gadaian dan menganiaya orang miskin dapat bermanifestasi dalam praktik bisnis yang tidak etis, eksploitasi tenaga kerja, atau ketidakpedulian terhadap penderitaan sesama. Pesan Yehezkiel 18:11 tetap relevan, mengingatkan kita bahwa Tuhan menghendaki keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Keadilan bukanlah sekadar ketiadaan hukuman, melainkan tindakan aktif untuk berbuat baik dan memelihara martabat setiap individu, terutama mereka yang paling rentan.
Tuhan mengharapkan umat-Nya untuk mencerminkan karakter-Nya yang kudus dan adil. Ini berarti menjalani kehidupan yang bebas dari penindasan, ketidakjujuran, dan penyembahan terhadap hal-hal yang salah. Melalui pertobatan yang tulus, kita dapat menemukan kembali hubungan yang benar dengan Tuhan dan sesama, serta mengalami berkat kehidupan yang sejati, yang berakar pada keadilan dan kasih.