Yehezkiel 22:11 - Perbuatan Keji di Yerusalem

"Perempuanmu berbuat cabul dengan ayahmu, orang asing berbaring dengan perempuanmu."

Ayat Yehezkiel 22:11 menyajikan gambaran yang sangat gamblang dan mengerikan tentang kondisi moral yang merosot di kota Yerusalem pada masa nabi Yehezkiel. Nubuat ini bukan sekadar laporan sejarah, melainkan sebuah peringatan keras yang ditujukan kepada umat Allah mengenai keseriusan dosa dan konsekuensinya. Ayat ini secara spesifik menyoroti pelanggaran norma-norma keluarga dan moral yang paling mendasar, yaitu perzinaan dan hubungan sedarah (inses) yang melibatkan anggota keluarga sendiri serta hubungan seksual dengan orang asing.

Kita dapat membayangkan betapa hancurnya tatanan sosial dan spiritual ketika dosa-dosa seperti ini merajalela tanpa kendali. Dalam konteks Israel kuno, keluarga adalah fondasi masyarakat dan pusat ibadah. Pelanggaran terhadap kemurnian keluarga sama saja dengan menodai kesucian hubungan dengan Allah. Hubungan sedarah, dalam budaya mana pun, dianggap sebagai salah satu dosa paling hina, simbol kehancuran total dari moralitas dan kekudusan. Penambahan unsur "orang asing" dalam ayat ini juga menunjukkan hilangnya batas-batas kesucian, di mana percampuran dengan budaya atau praktik asing yang menyimpang semakin memperparah keadaan.

Nabi Yehezkiel, dalam penglihatannya, diperlihatkan gambaran-gambaran yang menyakitkan ini untuk menekankan betapa Allah memandang serius dosa-dosa ini. Kota Yerusalem, yang seharusnya menjadi kota kekudusan, tempat kediaman nama TUHAN, justru telah tercemar oleh kebejatan yang tak terbayangkan. Ini bukan hanya tentang tindakan individual, tetapi sebuah kerusakan sistemik yang telah merasuk ke dalam struktur keluarga dan komunitas. Keadaan ini tentu menimbulkan pertanyaan: bagaimana umat yang dipanggil untuk menjadi umat yang kudus bisa jatuh begitu dalam?

Yehezkiel 22:11 adalah bagian dari daftar panjang dosa-dosa Yerusalem yang tercatat dalam pasal tersebut. Ayat-ayat sebelumnya dan sesudahnya merinci berbagai kejahatan lain, seperti pembunuhan, penindasan terhadap orang miskin, penolakan terhadap bimbingan ilahi, dan penyembahan berhala. Semua ini menggambarkan sebuah masyarakat yang telah berpaling dari jalan Tuhan dan memilih jalannya sendiri, jalan yang pada akhirnya menuju kehancuran. Pesan ini memiliki relevansi abadi. Ini mengingatkan kita bahwa integritas moral, kemurnian hubungan, dan ketaatan pada hukum Tuhan adalah hal yang fundamental bagi kesehatan spiritual dan sosial, baik bagi individu maupun komunitas.

Dosa yang digambarkan dalam Yehezkiel 22:11 bukan sekadar kegagalan manusiawi biasa, tetapi sebuah pemberontakan terhadap tatanan ilahi. Kebejatan semacam ini tidak dapat ditoleransi oleh Allah yang kudus. Nubuat ini berfungsi sebagai peringatan keras bahwa konsekuensi dari dosa adalah hukuman dan pembuangan. Kehancuran Yerusalem dan pembuangan bangsa Israel adalah bukti nyata dari keadilan ilahi terhadap dosa-dosa yang merajalela. Namun, di balik peringatan keras ini, selalu ada harapan akan pemulihan bagi mereka yang bertobat dan kembali kepada Allah. Pesan ini mengajak kita untuk introspeksi diri dan memastikan bahwa dalam kehidupan pribadi dan komunitas kita, kemurnian, kekudusan, dan kasih kepada Tuhan serta sesama senantiasa dijaga dan ditinggikan.