"Anak manusia, katakanlah kepadanya: Engkaulah tanah yang tidak disucikan, tidak diguyur hujan pada hari murka.
Pangeran-pangerannya di tengahnya seperti singa yang mengaum menerkam mangsa, menelan jiwa, mengambil harta benda, membuat banyak janda di tengahnya."
Ayat Yehezkiel 22:24 menggambarkan situasi Yerusalem yang sedang mengalami kehancuran dan ketidakadilan yang parah. Nabi Yehezkiel diutus oleh Tuhan untuk menyampaikan pesan peringatan dan penghakiman kepada umat-Nya yang telah jauh menyimpang dari jalan kebenaran. Ayat ini adalah bagian dari serangkaian teguran terhadap berbagai dosa yang dilakukan oleh para pemimpin dan penduduk kota.
Frasa "tanah yang tidak disucikan, tidak diguyur hujan pada hari murka" menunjukkan bahwa tanah itu sendiri, yang seharusnya menjadi tempat yang diberkati, kini telah tercemar oleh dosa dan kejahatan. Ketiadaan hujan pada "hari murka" bisa diartikan sebagai tanda ketidaksetujuan ilahi, di mana berkat dan penyegaran rohani tertahan akibat ketidaktaatan dan kebejatan moral yang merajalela. Ini adalah gambaran gamblang tentang kekeringan spiritual dan ketidakmampuan untuk menghasilkan buah kebenaran.
Lebih lanjut, ayat ini secara spesifik menyoroti peran para pangeran, yang seharusnya menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana, namun justru digambarkan seperti singa yang mengaum menerkam mangsa. Metafora ini sangat kuat, menggambarkan keserakahan, kekejaman, dan sifat predator mereka. Mereka tidak melindungi rakyat, melainkan memangsa mereka. Tindakan mereka digambarkan sebagai "menelan jiwa, mengambil harta benda". Ini berarti mereka merenggut kehidupan, menghancurkan harapan, dan merampas kekayaan orang-orang yang lemah dan tidak berdaya. Akibatnya adalah penderitaan yang luas, tercermin dalam kalimat "membuat banyak janda di tengahnya". Kehilangan suami dan ayah karena kekejaman para pemimpin menyebabkan kesedihan, kemiskinan, dan kerentanan yang mendalam bagi banyak keluarga.
Pesan dalam Yehezkiel 22:24 bukan hanya sekadar deskripsi kondisi yang buruk, tetapi juga merupakan seruan untuk introspeksi dan pertobatan. Tuhan menghendaki keadilan dan kebenaran ditegakkan di tengah umat-Nya. Ketika para pemimpin berperilaku seperti predator, seluruh tatanan masyarakat akan runtuh. Ayat ini mengingatkan kita bahwa kepemimpinan yang korup memiliki konsekuensi yang mengerikan, tidak hanya bagi individu yang bertindak jahat, tetapi juga bagi seluruh komunitas yang menderita di bawahnya.
Dalam konteks yang lebih luas, Yehezkiel 22:24 menjadi pengingat abadi tentang pentingnya integritas, keadilan, dan belas kasihan dalam setiap aspek kehidupan, terutama bagi mereka yang memegang kekuasaan. Pesan ini relevan hingga kini, mengajak kita untuk memeriksa hati kita, cara kita memperlakukan sesama, dan terutama bagaimana para pemimpin kita menjalankan amanah mereka. Tuhan melihat dan akan menghakimi keadilan yang terabaikan dan penindasan yang terjadi.