Kitab Yehezkiel adalah sebuah nubuatan yang disampaikan oleh nabi Yehezkiel kepada bangsa Israel selama masa pembuangan mereka di Babel. Ayat-ayat dalam pasal 23, khususnya Yehezkiel 23:23, menyajikan gambaran yang kuat dan gamblang tentang dosa-dosa umat Allah, yang digambarkan melalui alegori dua bersaudari, Oholah dan Oholiba. Ayat ini secara spesifik menyoroti dosa perzinahan dan perbuatan keji yang dilakukan oleh Oholiba, yang mewakili Yehuda.
Pesan yang terkandung dalam Yehezkiel 23:23 bukan sekadar catatan sejarah kuno, melainkan sebuah peringatan ilahi yang memiliki relevansi abadi. Perzinahan yang dimaksud di sini melambangkan pengkhianatan bangsa Israel terhadap perjanjian mereka dengan Tuhan, serta kecenderungan mereka untuk mencari persekutuan dan perlindungan pada bangsa-bangsa lain yang menyembah berhala, bukannya bergantung sepenuhnya pada Tuhan. Ini adalah simbol dari penyimpangan spiritual dan moral yang membawa konsekuensi berat.
Dalam konteks modern, Yehezkiel 23:23 mengingatkan kita akan pentingnya kesetiaan. Kesetiaan ini berlaku tidak hanya dalam hubungan pernikahan, tetapi juga dalam kesetiaan kita kepada Tuhan. Godaan untuk "bersandar" pada hal-hal duniawi, mencari kepuasan pada sumber-sumber yang salah, atau mengabaikan prinsip-prinsip ilahi, dapat digambarkan sebagai bentuk "perzinahan" spiritual. Tuhan mengharapkan umat-Nya untuk menjadi umat yang kudus, terpisah dari praktik-praktik yang mencemari dan merusak.
Namun, di tengah peringatan keras ini, selalu ada benang harapan yang ditenun dalam narasi ilahi. Keadilan Tuhan menuntut pertanggungjawaban, tetapi kasih dan belas kasihan-Nya juga menawarkan jalan pengampunan bagi mereka yang bertobat. Ayat ini, meskipun tegas, juga menjadi pengingat bahwa Tuhan melihat segalanya. Ia tahu setiap langkah yang kita ambil, setiap pilihan yang kita buat.
Memahami Yehezkiel 23:23 memberikan perspektif yang lebih dalam tentang natur dosa dan konsekuensinya, sekaligus menegaskan kembali betapa pentingnya menjaga kemurnian hati dan kesetiaan kepada sumber kehidupan sejati. Ini adalah panggilan untuk introspeksi diri, evaluasi terhadap jalan hidup yang sedang ditempuh, dan komitmen yang diperbarui untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, menghindari jalan sesat yang pada akhirnya hanya membawa kehancuran. Melalui firman-Nya, Tuhan memberikan peta jalan yang jelas, dan Yehezkiel 23:23 adalah salah satu penanda penting di peta tersebut, memperingatkan kita dari bahaya dan mengarahkan kita pada kebenaran.