Yehezkiel 24:4 - Perumpamaan Kuali Api

"Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah engkau, hai kota pertumpahan darah! Engkau pun, kuali yang penuh, yang karatnya belum dibersihkan. Buanglah potongan-potongan daging satu per satu, janganlah membuangnya dengan membuang undi."

Kuali

Ilustrasi abstrak kuali yang bergolak.

Makna Mendalam Perumpamaan

Kitab Yehezkiel sering kali menggunakan perumpamaan yang kuat dan visual untuk menyampaikan pesan kenabian, terutama mengenai penghukuman dan pemulihan umat Allah. Ayat Yehezkiel 24:4 adalah salah satu contoh yang gamblang, di mana nabi Yehezkiel diperintahkan untuk menggambarkan Yerusalem sebagai sebuah kuali yang berkarat dan penuh dengan potongan daging. Perumpamaan ini bukan hanya sekadar gambaran apokaliptik, tetapi sarat dengan makna teologis dan historis yang mendalam. Tuhan menggunakan gambaran yang kasar dan mengerikan ini untuk menunjukkan sejauh mana dosa telah merusak dan mencemari umat-Nya, serta bagaimana murka-Nya akan dinyatakan secara telak.

"Celakalah engkau, hai kota pertumpahan darah!" seruan ini langsung menunjuk pada Yerusalem. Kota ini telah lama dilumuri oleh dosa kekerasan, ketidakadilan, dan penyembahan berhala. Darah orang-orang yang tidak bersalah telah tumpah di jalan-jalannya. Kata "kuali yang penuh" mengindikasikan bahwa kejahatan di kota itu telah mencapai puncaknya, seolah-olah kuali itu sudah penuh sesak dengan isi yang menjijikkan dan tidak dapat lagi ditampung. Karat yang belum dibersihkan melambangkan dosa yang telah lama menumpuk, meresap ke dalam segala aspek kehidupan kota, dan telah membuat kuali tersebut menjadi kotor dan tidak layak pakai.

Perintah selanjutnya, "Buanglah potongan-potongan daging satu per satu, janganlah membuangnya dengan membuang undi," memberikan gambaran yang lebih spesifik tentang bagaimana penghakiman akan terjadi. Ini bukanlah penghakiman acak atau sekadar kumpulan dari kesalahan-kesalahan yang terabaikan. Sebaliknya, setiap "potongan daging"—yang secara simbolis mewakili individu, keluarga, dan bahkan bagian-bagian dari masyarakat yang telah tercemar dosa—akan dihadapkan pada konsekuensi perbuatannya. Tidak ada seorang pun yang akan terluput. Tindakan "membuang undi" menyiratkan keberuntungan atau nasib yang tidak pasti, tetapi Tuhan menegaskan bahwa penghakiman-Nya akan bersifat pasti dan personal. Setiap orang akan bertanggung jawab atas dosa-dosanya, dan penghakiman akan dilakukan secara menyeluruh, tidak pandang bulu.

Dalam konteks sejarah, ayat ini merujuk pada kehancuran Yerusalem yang akan datang oleh bangsa Babilonia. Kuali itu melambangkan Yerusalem, dan isi di dalamnya adalah penduduknya yang telah berdosa. Api penghakiman yang akan datang dari Babel akan membakar dan memurnikan kota itu, tetapi pemurnian ini datang melalui kehancuran yang mengerikan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa dosa memiliki konsekuensi yang serius, baik bagi individu maupun komunitas. Namun, penting juga untuk melihat gambaran yang lebih besar dari rencana Allah. Meskipun gambaran ini sangat suram, sering kali di dalam Kitab Yehezkiel, setelah peringatan tentang penghukuman, ada janji tentang pemulihan. Kuali yang dibersihkan dan dijadinkan baru dapat digunakan kembali, menyiratkan harapan bahwa setelah api penghakiman berlalu, Allah akan memulihkan umat-Nya yang bertobat.

Yehezkiel 24:4 adalah pengingat yang kuat tentang kesucian Allah dan ketidakkompromian-Nya terhadap dosa. Ia menyoroti pentingnya pertobatan sejati dan bagaimana Allah melihat setiap aspek kehidupan kita. Perumpamaan ini mendorong kita untuk memeriksa hati kita, membersihkan "karat dosa" yang mungkin menumpuk dalam hidup kita, dan hidup dalam kesetiaan kepada-Nya.