Yehezkiel 25:3

"Katakanlah kepada bani Amon: Dengarlah firman Tuhan ALLAH! Beginilah firman Tuhan ALLAH: Oleh karena engkau berkata 'Ha!', menertawakan tempat kudus-Ku pada waktu itu dilanggar, dan tanah Israel pada waktu itu dibinasakan, dan kaum Yehuda pada waktu itu dibawa ke dalam pembuangan,
Simbol Ilahi

Ayat Yehezkiel 25:3 ini merupakan bagian dari serangkaian nubuat yang disampaikan oleh Nabi Yehezkiel kepada bangsa-bangsa di sekitar Israel. Konteks spesifik ayat ini adalah teguran ilahi yang ditujukan kepada bani Amon, sebuah bangsa yang seringkali menjadi musuh Israel. Firman Tuhan, yang disampaikan melalui Yehezkiel, dengan tegas menyatakan ketidaksetujuan dan penghakiman-Nya atas sikap bani Amon yang mengejek dan bersukacita atas penderitaan umat pilihan-Nya.

Kata "Ha!" yang diucapkan oleh bani Amon bukanlah sekadar seruan kegembiraan biasa. Ini adalah ungkapan pelecehan dan ejekan yang mendalam terhadap tempat kudus Allah, sebuah simbol sentral dari perjanjian dan kehadiran ilahi di tengah umat-Nya. Bayangkan betapa menyakitkannya bagi Allah melihat ciptaan-Nya merayakan kehancuran dan kesucian yang dilanggar. Ketika tanah Israel diinjak-injak dan orang-orang Yehuda dibawa ke dalam pembuangan, bani Amon melihat ini sebagai kesempatan untuk menyoraki kejatuhan Israel, sebuah tindakan yang sangat tidak pantas dan penuh kedengkian.

Firman yang dinyatakan di sini menekankan keadilan ilahi. Allah tidak akan membiarkan penghinaan terhadap diri-Nya dan umat-Nya berlalu begitu saja. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa tindakan kita, terutama yang ditujukan untuk merendahkan atau meremehkan hal-hal yang kudus, memiliki konsekuensi. Ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga rasa hormat terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan, baik itu tempat ibadah, kitab suci, maupun sesama orang percaya.

Pesan Yehezkiel 25:3 melampaui konteks sejarah kuno. Ia berbicara kepada kita hari ini tentang pentingnya sikap kita terhadap iman dan sesama. Apakah kita cenderung ikut merayakan kegagalan atau penderitaan orang lain? Apakah kita pernah menunjukkan sikap meremehkan terhadap hal-hal yang sakral? Ayat ini mengundang refleksi diri. Allah melihat segala sesuatu, dan ketidakpedulian, apalagi kesenangan atas kemalangan sesama, dapat menarik perhatian murka-Nya. Sebaliknya, belas kasih, kepedulian, dan rasa hormat terhadap nilai-nilai spiritual adalah sikap yang diperkenan di hadapan-Nya. Menekankan pentingnya kata Yehezkiel 25 3 membantu kita memahami dampak dari sikap kita dalam pandangan ilahi.

Melalui Yehezkiel, Allah mengingatkan bahwa setiap tindakan, setiap perkataan, memiliki bobotnya. Ejekan bani Amon terhadap kehancuran Israel bukanlah sekadar hiburan sesaat, melainkan sebuah pernyataan permusuhan terhadap rencana dan kedaulatan Allah. Respon ilahi menunjukkan bahwa Allah sangat menjaga nama-Nya dan umat-Nya. Ini adalah panggilan untuk membangun sikap yang konstruktif, penuh kasih, dan saling mendukung, daripada bersukacita atas kejatuhan orang lain. Pesan ini tetap relevan, mengajarkan kita tentang keadilan, belas kasih, dan pentingnya menghormati apa yang dianggap kudus oleh Sang Pencipta.