Yehezkiel 26:5 - Kehancuran Tirus, Nubuat Allah

"Tirus akan menjadi tempat menjala ikan; Engkau akan meruntuhkan temboknya dan menara-menaranya; Aku akan membuatnya menjadi tanah yang rata, dan ia akan menjadi tempat menjala ikan."

Simbol Gelombang dan Jala

Latar Belakang Nubuat: Tirus yang Megah

Kitab Yehezkiel adalah salah satu kitab nabi-nabi besar dalam Perjanjian Lama, yang berisi nubuat-nubuat yang seringkali keras namun sarat makna ilahi. Yehezkiel, seorang nabi yang diasingkan ke Babel, menerima pesan-pesan dari Allah mengenai penghakiman atas bangsa-bangsa yang memusuhi umat Israel. Salah satu nubuat yang paling dramatis dan rinci adalah mengenai Tirus, sebuah kota pelabuhan Fenisia yang terkenal dengan kekayaan, kemegahan, dan kekuatan maritimnya. Tirus adalah pusat perdagangan yang makmur, dibangun di atas pulau dan daratan, dikelilingi oleh tembok-tembok pertahanan yang kokoh dan menara-menara yang menjulang tinggi. Keangkuhan dan kesombongan Tirus membuatnya menjadi sasaran penghakiman ilahi.

Makna Yehezkiel 26:5

Ayat Yehezkiel 26:5 menyajikan gambaran yang sangat kontras dengan kejayaan Tirus. Ayat ini berbunyi, "Tirus akan menjadi tempat menjala ikan; Engkau akan meruntuhkan temboknya dan menara-menaranya; Aku akan membuatnya menjadi tanah yang rata, dan ia akan menjadi tempat menjala ikan." Pesan ini menyampaikan sebuah penghukuman yang total dan final. Kata "menjala ikan" secara harfiah menunjukkan bahwa tempat yang tadinya ramai dengan aktivitas perdagangan dan kemegahan, akan berubah menjadi sebuah dataran kosong yang hanya digunakan oleh para nelayan untuk mengeringkan jala mereka. Ini adalah simbol kehancuran total, di mana segala sesuatu yang membangun identitas Tirus – tembok, menara, kekayaan, dan pengaruhnya – akan dihancurkan hingga rata dengan tanah.

Pernyataan bahwa Allah sendiri yang akan melakukan penghancuran ini menekankan kedaulatan-Nya atas semua bangsa dan kekuatan dunia. Tirus, dengan segala kemampuannya, tidak akan mampu menahan murka ilahi ketika penghakiman tiba. Nubuat ini juga menyoroti perubahan drastis dalam nasib suatu bangsa. Dari sebuah kota yang dipandang tak tertembus dan menjadi pusat kebanggaan, ia akan direduksi menjadi sebuah hamparan datar yang tandus, menjadi bukti nyata dari keadilan Allah.

Penghakiman yang Tergenapi

Sejarah mencatat bahwa nubuat ini sebagian besar tergenapi. Nebukadnezar dari Babel mengepung Tirus selama bertahun-tahun, tetapi kota yang berada di pulau itu tetap tangguh. Namun, sekitar 250 tahun kemudian, Aleksander Agung berhasil menaklukkan Tirus pada tahun 332 SM. Ia membangun jalan lintas dari daratan ke pulau tersebut, menghancurkan tembok-tembok Tirus, dan menggunakan puing-puingnya untuk membangun tanggul. Kota yang dulunya megah itu memang hancur lebur dan sebagian besar lokasinya kemudian menjadi tempat nelayan lokal. Kehancuran Tirus menjadi peringatan bagi semua bangsa tentang kesombongan dan konsekuensi dari menentang kehendak Allah. Ayat ini mengingatkan kita bahwa kekuasaan ilahi adalah yang tertinggi, dan tidak ada kerajaan manusia yang bisa bertahan di hadapan penghakimannya jika mereka hidup dalam kesombongan dan kejahatan.

Keadaan Tirus yang "menjadi tempat menjala ikan" adalah sebuah gambaran visual yang kuat dari kehancuran dan kepunahan. Ini bukan sekadar kekalahan militer, melainkan penghapusan eksistensi kota yang dulu perkasa dari peta dunia sebagai pusat kekuatan. Pesan ini menggugah dan mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang dibangun atas dasar kesombongan dan penindasan pasti akan runtuh, sementara keadilan dan kedaulatan Allah akan selalu ditegakkan.