"Oleh banyaknya kejahatanmu dalam perdangananmu, engkau menajiskan tempat-tempat sucimu, maka Aku mengeluarkan api dari tengah-tengahmu untuk memusnahkan engkau; Aku menjadikan abu di atas bumi di depan mata semua orang yang melihat engkau."
Ayat Yehezkiel 28:18 membawa kita pada perenungan mendalam mengenai konsekuensi dari kesombongan dan keangkuhan yang merajalela. Kutipan ini merupakan bagian dari nubuat yang ditujukan kepada Tirus, sebuah kota pelabuhan yang kaya raya dan berpengaruh. Namun, di balik kemegahan dan kekayaan materi, terdapat peringatan keras tentang kehancuran yang akan datang akibat perbuatan mereka.
Tirus, dalam narasi Alkitab, seringkali digambarkan sebagai pusat perdagangan yang sangat makmur. Kekayaan mereka berlimpah ruah, namun kekayaan itu tidak dibarengi dengan integritas atau kerendahan hati. Sebaliknya, kesombongan dan keangkuhan menjadi ciri khas mereka. Mereka menjadi begitu percaya diri dengan kekuatan dan kekayaan mereka sendiri, sehingga melupakan sumber segala berkat dan keadilan. Perdagangan yang sukses telah membutakan mereka dari kebenaran ilahi, menajiskan segala sesuatu yang seharusnya suci.
Frasa "banyaknya kejahatanmu dalam perdangananmu" secara lugas menunjukkan bahwa kemakmuran materi mereka diperoleh melalui cara-cara yang tidak benar atau tidak etis. Mungkin melalui penipuan, eksploitasi, atau praktik-praktik lain yang menodai integritas. Kejahatan ini tidak hanya berdampak pada transaksi ekonomi, tetapi juga merusak nilai-nilai moral dan spiritual. Tempat-tempat suci pun ternodai, bukan oleh serangan fisik, tetapi oleh kebobrokan moral yang meresap dalam setiap aspek kehidupan mereka, termasuk dalam urusan bisnis.
Peringatan dalam Yehezkiel 28:18 adalah tentang penghakiman yang pasti datang sebagai akibat dari tindakan-tindakan tersebut. "Maka Aku mengeluarkan api dari tengah-tengahmu untuk memusnahkan engkau" bukanlah sekadar ancaman kehancuran fisik, tetapi juga simbol dari penghakiman ilahi yang membakar habis segala sesuatu yang dibangun di atas kejahatan. Api ini datang dari dalam, menyiratkan bahwa kehancuran tersebut adalah buah dari perbuatan mereka sendiri. Mereka sendiri yang menanam benih kehancuran melalui keserakahan dan ketidakadilan.
Menjadikan "abu di atas bumi di depan mata semua orang yang melihat engkau" menggambarkan akhir yang total dan memalukan. Kehancuran Tirus akan menjadi pelajaran bagi dunia, bukti nyata bahwa kesombongan dan kejahatan yang berakar pada keserakahan tidak akan luput dari konsekuensi. Pesan ini tetap relevan hingga kini, mengingatkan kita untuk selalu menjaga hati dari kesombongan, menggunakan kekayaan dan kemampuan yang diberikan Tuhan untuk kebaikan, serta menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan dalam segala aspek kehidupan, baik pribadi maupun komersial. Kesombongan adalah awal dari kejatuhan, seperti yang diperingatkan dengan tegas dalam ayat ini.