Simbol Penghakiman dan Ketertiban

Yehezkiel 28:20

"Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku: "Hai anak manusia, tujukanlah mukamu kepada Sidon dan bernubuatlah melawan dia."

Penghakiman atas Tirus: Nubuat Melawan Sidon

Kitab Yehezkiel adalah sebuah kitab kenabian dalam Perjanjian Lama yang penuh dengan gambaran profetik tentang penghakiman ilahi serta janji pemulihan. Salah satu bagian yang paling dramatis dan menarik adalah pasal 28, yang secara khusus menyoroti kesombongan dan kejatuhan penguasa Tirus. Ayat 20 dari pasal ini, "Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku: "Hai anak manusia, tujukanlah mukamu kepada Sidon dan bernubuatlah melawan dia," menandai pergeseran fokus dari penghakiman atas Tirus sendiri ke penghakiman yang akan menimpa kota tetangganya, Sidon, yang seringkali digambarkan bersamaan dengan Tirus dalam narasi Alkitab.

Tirus dan Sidon adalah dua kota pelabuhan Fenisia yang terkenal dengan kekayaan, kemewahan, dan kekuatan maritimnya. Mereka adalah pusat perdagangan internasional, dengan armada kapal yang megah melayari lautan luas. Kesuksesan mereka seringkali dibarengi dengan keangkuhan dan kesombongan, yang pada akhirnya menarik murka Allah. Nubuat melawan Sidon, yang disampaikan melalui Yehezkiel, merupakan bagian dari serangkaian penghakiman yang lebih luas terhadap bangsa-bangsa yang menindas umat Allah atau meninggikan diri menentang Sang Pencipta.

Ketika firman TUHAN memerintahkan Yehezkiel untuk mengarahkan wajahnya ke Sidon dan bernubuat melawannya, ini bukanlah sekadar ancaman kosong. Ini adalah deklarasi ilahi tentang ketidaksetujuan Allah terhadap dosa kesombongan, kekejaman, dan penyembahan berhala yang kemungkinan besar dipraktikkan di kota-kota ini. Yehezkiel diperintahkan untuk menjadi corong keadilan Allah, menyampaikan pesan penghakiman yang tak terhindarkan.

Penghakiman yang dinubuatkan terhadap Sidon (dan Tirus) mencerminkan prinsip keadilan ilahi yang mendasar: Allah tidak akan membiarkan kesombongan dan kejahatan berkuasa selamanya. Meskipun kota-kota ini mungkin memegang kekuatan duniawi, mereka tidak dapat lepas dari pengawasan dan otoritas Allah. Nubuat ini berfungsi sebagai peringatan bagi semua bangsa bahwa kesombongan akan mendahului kejatuhan. Ini juga menegaskan kedaulatan Allah atas seluruh bumi, termasuk kekuatan politik dan ekonomi yang tampak begitu besar.

Melalui Firman-Nya, Allah menunjukkan bahwa kekayaan dan kemegahan materi tidak menjamin keselamatan atau kekebalan dari penghakiman. Sebaliknya, seringkali hal-hal tersebut justru menjadi sumber kesombongan yang menjauhkan manusia dari Allah. Ayat Yehezkiel 28:20 mengingatkan kita bahwa Allah melihat dengan jelas hati dan motif manusia, serta bahwa Dia akan meminta pertanggungjawaban atas tindakan yang menyimpang dari kehendak-Nya. Janji penghakiman ini, meskipun terdengar keras, pada akhirnya juga memiliki tujuan untuk memulihkan keadilan dan agar umat manusia dapat belajar untuk berserah kepada otoritas ilahi yang sejati.

Artikel ini menjelaskan makna dan implikasi dari Yehezkiel 28:20.