Yehezkiel 28:21: Kejatuhan Tirus yang Menarik

"Anak manusia, tujulah mukamu kepada Sidon, dan bernubuatlah melawan dia. Katakanlah: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku menjadi lawanmu, hai Sidon, dan Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku di tengah-tengahmu. Dan mereka akan tahu, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku menjalankan penghakiman di sana dan menyatakan kekudusan-Ku di sana."

Kitab Yehezkiel, salah satu kitab kenabian dalam Perjanjian Lama, menyajikan banyak nubuat yang kuat dan gambaran yang kaya mengenai penghakiman Allah terhadap bangsa-bangsa. Di antara ayat-ayat yang paling menonjol adalah Yehezkiel 28:21, yang menujukan firman kenabian terhadap kota Sidon. Ayat ini bukan sekadar ramalan, melainkan sebuah deklarasi otoritas ilahi dan sebuah pengumuman tentang keadilan yang akan ditegakkan.

Sidon, pada masanya, adalah sebuah kota pelabuhan Fenisia yang terkenal dengan kekayaan, kemewahan, dan kekuatan maritimnya. Kota ini sering kali diasosiasikan dengan keangkuhan dan kepercayaan diri yang berlebihan, yang mungkin timbul dari kemakmuran dan pengaruhnya yang luas. Dalam konteks sejarah, bangsa Fenisia, termasuk Sidon, dikenal sebagai pedagang ulung dan pelaut terampil, yang membangun kerajaan dagang mereka di sepanjang pesisir Laut Tengah. Kekayaan mereka sering kali membuat mereka memandang rendah bangsa lain, bahkan mungkin menganggap diri mereka setara dengan dewa.

Firman Tuhan yang disampaikan melalui Yehezkiel kepada Sidon adalah peringatan keras. Frasa "Lihat, Aku menjadi lawanmu, hai Sidon" bukanlah ancaman biasa, melainkan pernyataan penolakan dan penentangan langsung dari Sang Pencipta. Allah menyatakan diri-Nya sebagai kekuatan yang berlawanan dengan keangkuhan dan kejahatan yang diwakili oleh Sidon. Nubuat ini menekankan bahwa kemuliaan Allah akan dinyatakan di tengah-tengah kota tersebut, bukan melalui pujian dari manusia, melainkan melalui tindakan penghakiman-Nya.

Ilustrasi kota kuno Sidon dengan kapal-kapal berlabuh

Tujuan utama dari penghakiman ilahi ini, sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, adalah agar "mereka akan tahu, bahwa Akulah TUHAN." Allah ingin menegaskan kedaulatan, kekuasaan, dan keilahian-Nya. Bangsa-bangsa, melalui pengalaman mereka dengan murka dan keadilan Allah, akan dipaksa untuk mengakui bahwa hanya ada satu Tuhan yang benar. Pengakuan ini bukan sekadar pengakuan intelektual, melainkan pengakuan yang lahir dari ketakutan dan penghormatan terhadap kekudusan-Nya.

Yehezkiel 28:21 berfungsi sebagai pengingat bahwa tidak ada kota, kerajaan, atau kekuatan manusia yang dapat berdiri tegak melawan kehendak Allah. Kekayaan, kekuasaan, atau kemewahan tidak akan memberikan perlindungan dari penghakiman ilahi ketika kesombongan dan kejahatan merajalela. Nubuat ini menyoroti sifat keadilan Allah yang tidak terhindarkan, yang pada akhirnya akan memulihkan keseimbangan dan menegakkan kedaulatan-Nya atas seluruh ciptaan. Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan bahaya kesombongan dan pentingnya kerendahan hati di hadapan Allah, serta untuk mengakui keagungan-Nya dalam segala aspek kehidupan.