"Karena itu, beginilah firman Tuhan ALLAH: Sesungguhnya, Aku akan bangkit melawan engkau, dan melawan kedua sungaimu, dan Aku akan menjadikan tanah Mesir suatu kehancuran yang terpencil dan tandus, dari Migdol sampai Syene, sampai ke perbatasan Etiopia."
Ilustrasi visual dari ramalan kehancuran yang bersifat abstrak.
Ayat Yehezkiel 29:10 merupakan salah satu nubuatan yang sangat kuat dan spesifik yang diucapkan oleh nabi Yehezkiel kepada bangsa Israel dan juga kepada bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Dalam konteks sejarah, Mesir adalah salah satu kerajaan terkuat dan paling berpengaruh di zamannya. Kekuatan militernya, kekayaan alamnya, dan posisinya yang strategis menjadikannya entitas yang ditakuti dan dihormati di seluruh Timur Dekat Kuno. Namun, dalam firman Tuhan yang disampaikan melalui Yehezkiel, dikisahkan sebuah ramalan yang akan membawa kehancuran total bagi Mesir.
Firman Tuhan yang disampaikan dalam ayat ini bukan sekadar ancaman kosong, melainkan sebuah deklarasi kuasa ilahi atas bangsa-bangsa. Pernyataan "Aku akan bangkit melawan engkau" menunjukkan intervensi langsung dari Tuhan terhadap Mesir. Ini bukan disebabkan oleh kekuatan militer manusia, melainkan oleh kedaulatan Tuhan yang tak tertandingi. Penggunaan kata "bangkit" menyiratkan sebuah tindakan yang tegas dan tak terhindarkan.
Nubuatan ini menyoroti dua aspek penting dari kehancuran Mesir: kehancuran geografis dan kehancuran spiritual. Secara geografis, Tuhan menyatakan akan menjadikan tanah Mesir "suatu kehancuran yang terpencil dan tandus". Ini berarti bahwa kemakmuran Mesir yang terkenal, yang sering kali dikaitkan dengan Sungai Nil, akan hilang. Tanah yang subur akan menjadi gersang, dan tempat-tempat yang sebelumnya ramai akan menjadi sepi.
Rentang geografis yang disebutkan, "dari Migdol sampai Syene, sampai ke perbatasan Etiopia," mencakup seluruh wilayah Mesir dari utara hingga selatan. Migdol adalah kota di bagian utara Mesir dekat perbatasan, sementara Syene (sekarang Aswan) berada di bagian selatan, dekat perbatasan dengan Nubia (yang kemudian dikenal sebagai Etiopia). Dengan menyebutkan seluruh rentang ini, Tuhan menegaskan bahwa tidak ada satu pun sudut Mesir yang akan luput dari hukuman-Nya. Kehancuran ini akan begitu parah sehingga Mesir akan menjadi "terpencil dan tandus," sebuah gambaran kontras yang mencolok dengan citra Mesir sebagai negeri yang kaya dan subur.
Lebih dari sekadar keruntuhan fisik, ayat ini juga menyiratkan kehancuran kekuasaan dan pengaruh Mesir. Sebagai salah satu kekuatan dominan di dunia pada saat itu, Mesir sering kali dianggap memiliki kekuatan dan keagungan yang seolah tak tergoyahkan. Namun, Tuhan berjanji untuk menghancurkan kekuatan ini, menelanjangi kebesaran Mesir, dan menunjukkan bahwa satu-satunya kekuasaan yang sejati adalah milik-Nya. Nubuat ini sering dihubungkan dengan penaklukan Mesir oleh kekuatan asing, seperti Babilonia di bawah Nebukadnezar, yang memang pernah melancarkan invasi ke Mesir.
Konteks lebih luas dari nubuatan ini menunjukkan bahwa Mesir, meskipun memiliki kekayaan dan kekuatan, sering kali menyombongkan diri dan menolak tunduk pada kehendak Tuhan. Nubuat ini menjadi pengingat bahwa tidak ada bangsa, sekuat atau sekaya apa pun, yang dapat bertahan melawan penghakiman Tuhan ketika mereka memilih untuk memberontak terhadap-Nya. Yehezkiel 29:10 mengajarkan sebuah pelajaran penting tentang kerendahan hati di hadapan Tuhan dan konsekuensi dari kesombongan serta penolakan terhadap otoritas ilahi.