Panggilan Ilahi dan Tanggung Jawab Moral
Kitab Yehezkiel dalam Alkitab merupakan catatan kenabian yang penuh dengan visi ilahi, peringatan, dan janji. Salah satu ayat yang paling menonjol terkait dengan tanggung jawab moral seorang nabi adalah Yehezkiel 3:19. Ayat ini bukan sekadar pernyataan teologis, melainkan sebuah mandat yang mendalam bagi Yehezkiel, dan secara implisit, bagi setiap orang yang diberi karunia untuk menyampaikan kebenaran atau nasihat. Inti dari ayat ini terletak pada konsekuensi dari memberikan peringatan dan tanggung jawab moral yang menyertainya.
Tuhan memanggil Yehezkiel untuk menjadi "penjaga" bagi umat Israel. Tugas ini tidak ringan. Ia harus menyampaikan pesan-pesan Tuhan, baik peringatan akan penghakiman maupun janji pemulihan. Namun, fokus pada Yehezkiel 3:19 adalah pada aspek peringatan. Tuhan secara eksplisit memberi tahu Yehezkiel apa yang harus ia lakukan ketika berhadapan dengan seseorang yang hidup dalam kefasikan. Ia harus memberikan peringatan. Ini adalah tindakan proaktif untuk memberitahukan konsekuensi dari tindakan berdosa.
Konsekuensi dan Keselamatan Diri
Ayat ini kemudian menjelaskan konsekuensinya: "dan ia tidak berbalik dari kefasikannya dan dari jalan fasiknyanya, maka ia akan mati karena kesalahannya". Ini menegaskan bahwa Tuhan memberikan kehendak bebas kepada manusia. Peringatan yang diberikan oleh Yehezkiel bukanlah paksaan, melainkan sebuah kesempatan untuk bertobat. Jika individu tersebut memilih untuk mengabaikan peringatan itu dan terus berjalan dalam dosanya, maka ia akan menanggung akibatnya sendiri. Kematian di sini bisa diartikan sebagai kematian spiritual atau kematian fisik sebagai hukuman ilahi.
Namun, bagian kedua dari ayat ini memberikan kepastian dan kelegaan bagi sang utusan: "tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu sendiri". Ini adalah aspek krusial yang menunjukkan keadilan Tuhan. Yehezkiel tidak bertanggung jawab atas pilihan akhir individu lain. Tugasnya adalah menyampaikan pesan. Dengan melakukan itu, ia telah memenuhi kewajibannya kepada Tuhan dan secara rohani telah melindungi dirinya sendiri. Peringatan yang tulus dan dari hati ke hati adalah bentuk ketaatan yang membebaskan sang pemberi nasihat dari tanggung jawab atas ketidaktaatan penerima nasihat.
Dalam konteks modern, Yehezkiel 3:19 mengajarkan kita tentang pentingnya berbicara kebenaran, bahkan ketika itu sulit atau tidak populer. Ini juga mengingatkan kita bahwa kita memiliki tanggung jawab moral untuk memperingatkan orang lain tentang konsekuensi negatif dari tindakan yang salah, namun kita tidak dapat memaksakan kehendak mereka untuk berubah. Keselamatan kita sendiri, dalam hal ini, terkait dengan ketaatan kita untuk menjalankan peran yang telah Tuhan percayakan kepada kita, yaitu dengan kasih mengingatkan dan mengajar sesama.