Ayat Yehezkiel 3:21 adalah pengingat yang kuat akan tanggung jawab rohani yang diemban oleh para nabi, dan secara implisit, oleh setiap orang percaya yang diberikan anugerah untuk memahami kebenaran ilahi. Firman ini disampaikan kepada Yehezkiel di tengah-tengah masa pembuangan Israel, sebuah periode yang penuh dengan pemberontakan dan ketidaktaatan terhadap Tuhan. Perintah untuk memperingatkan orang fasik bukanlah tugas yang mudah, apalagi ketika peringatan itu seringkali ditolak atau diabaikan.
Tuhan memberikan peringatan yang jelas kepada Yehezkiel: jika ia gagal menyampaikan peringatan, ia akan bertanggung jawab atas kematian orang fasik tersebut. Namun, jika ia telah melakukan tugasnya, meskipun orang itu tetap memilih jalan kebinasaan, Yehezkiel telah 'menyelamatkan nyawanya' sendiri. Konsep keselamatan nyawa di sini mengacu pada pembebasan dari tanggung jawab moral dan rohani di hadapan Tuhan. Ini menunjukkan betapa seriusnya Tuhan memandang komunikasi kebenaran dan panggilan pertobatan.
Di zaman modern, ayat ini tetap relevan. Kita hidup di dunia yang seringkali menolak atau mengabaikan kebenaran rohani. Tugas untuk menyampaikan kasih dan kebenaran Tuhan kepada orang lain, meskipun sulit dan kadang tidak dihargai, adalah sebuah panggilan. Yehezkiel diminta untuk membuka mulutnya dan menyampaikan Firman Tuhan, bahkan kepada mereka yang menolak.
Penting untuk memahami bahwa "memperingatkan orang fasik" tidak berarti menghakimi atau mengutuk. Sebaliknya, itu adalah tindakan kasih yang didorong oleh keinginan agar setiap orang bertobat dan hidup. Tuhan sangat menghendaki agar tidak ada seorang pun binasa. Peringatan ini adalah kesempatan kedua, pintu yang masih terbuka bagi mereka yang tersesat. Tanggung jawab kita bukanlah untuk memaksa orang lain menerima kebenaran, melainkan untuk menyampaikannya dengan setia dan berdoa agar Roh Kudus bekerja di hati mereka.
Keselamatan diri kita sendiri, seperti yang disebutkan dalam ayat ini, tidak hanya bergantung pada ketaatan kita sendiri kepada Tuhan, tetapi juga pada kesetiaan kita dalam menjalankan tugas yang telah dipercayakan kepada kita. Ketika kita menyampaikan peringatan dan kebenaran, kita telah memenuhi bagian kita. Hasil akhir ada di tangan Tuhan. Namun, mengabaikan panggilan ini berarti kita juga berisiko menanggung konsekuensi berat di hadapan-Nya.
Oleh karena itu, marilah kita merenungkan ayat Yehezkiel 3:21. Apakah kita sudah setia dalam menyampaikan kabar baik dan peringatan Tuhan kepada mereka yang membutuhkan? Apakah kita berani bersuara meskipun mungkin akan ditolak? Ingatlah, setiap jiwa berharga, dan tugas untuk menjangkau mereka adalah sebuah kehormatan sekaligus tanggung jawab yang tidak boleh diabaikan. Dengan kasih, kita memberikan peringatan; dengan doa, kita menyerahkan hasilnya kepada Tuhan yang berkuasa.
Firman Tuhan ini mengajarkan kita pentingnya hati yang peka terhadap kehendak-Nya dan keberanian untuk bertindak sesuai dengan panggilan-Nya. Peringatan yang tulus adalah wujud kasih, dan kesetiaan dalam menyampaikannya adalah bukti iman kita.