Yehezkiel 3:2

"Lalu Ia berfirman kepadaku: 'Anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa pemberontak yang telah memberontak kepada-Ku. Sampai kepada mereka dan kepada keturunan mereka yang keras kepala itu Aku mengutus engkau."
PESAN

Ayat Yehezkiel 3:2 ini adalah momen krusial dalam pelayanan Nabi Yehezkiel. Ayat ini menandai perintah langsung dari Allah untuk menyampaikan firman-Nya kepada umat Israel. Konteksnya sangat penting: bangsa Israel saat itu sedang dalam kondisi pemberontakan dan ketidaktaatan yang mendalam terhadap Tuhan. Mereka telah mengabaikan hukum-hukum-Nya, menyimpang dari jalan kebenaran, dan terjerumus dalam penyembahan berhala serta perilaku yang tidak sesuai dengan perjanjian mereka dengan Allah.

Allah tidak mengutus Yehezkiel kepada orang asing atau mereka yang belum pernah mendengar tentang Dia. Sebaliknya, Ia mengutusnya kepada "orang Israel, kepada bangsa pemberontak yang telah memberontak kepada-Ku." Ini menunjukkan betapa dalamnya kekecewaan dan kesedihan Allah atas umat pilihan-Nya sendiri. Kata "pemberontak" dan frasa "keras kepala" menggambarkan sikap hati mereka yang menolak untuk tunduk dan mendengarkan, bahkan ketika Allah terus menerus menawarkan kasih karunia dan peringatan.

Tantangan dan Misi Sang Nabi

Menerima tugas ini bukanlah hal yang mudah bagi Yehezkiel. Memang, ayat sebelumnya dalam pasal yang sama (Yehezkiel 2:8-10) menggambarkan bagaimana Yehezkiel diperintahkan untuk makan gulungan yang berisi ratapan, keluh kesah, dan perkataan celaka. Ini menunjukkan bahwa pesan yang akan disampaikannya bukanlah kabar baik yang ringan, melainkan firman yang penuh dengan teguran dan nubuat tentang penghakiman. Namun, firman itu dirasa "manis seperti madu" di mulutnya, sebuah paradoks yang menunjukkan penerimaan penuh terhadap kehendak Allah, bahkan ketika tugasnya sulit.

Perintah untuk mengutus Yehezkiel "sampai kepada mereka dan kepada keturunan mereka yang keras kepala itu" menegaskan bahwa misi ini bersifat menyeluruh dan terus menerus. Allah ingin pesannya didengar oleh semua lapisan masyarakat Israel, termasuk generasi-generasi mendatang yang mungkin masih mewarisi sikap keras kepala leluhur mereka. Yehezkiel bukan hanya diutus sebagai penyampai pesan, tetapi juga sebagai saksi kebenaran Allah di tengah-tengah bangsa yang terpecah belah imannya.

Pesan Tetap Relevan

Meskipun ayat ini merujuk pada konteks sejarah bangsa Israel kuno, esensi pesannya tetap relevan bagi kita saat ini. Konsep "pemberontakan" dan "keras kepala" dapat dimanifestasikan dalam berbagai bentuk dalam kehidupan modern. Seringkali, manusia cenderung mengabaikan prinsip-prinsip moral, spiritual, atau kebenaran yang telah diwahyukan, memilih jalan yang lebih mudah atau yang sesuai dengan keinginan diri sendiri. Menjadi "keras kepala" bisa berarti menolak untuk mengakui kesalahan, menutup diri terhadap nasihat yang membangun, atau bahkan secara sadar berpaling dari jalan yang benar.

Allah tetap memanggil para utusan-Nya, baik secara langsung maupun melalui Firman-Nya, untuk menyampaikan kebenaran di tengah masyarakat yang mungkin sedang menjauh dari-Nya. Tugas kita adalah mendengarkan dengan hati yang terbuka, merenungkan kebenaran yang disampaikan, dan mengambil tindakan yang sesuai. Yehezkiel 3:2 mengingatkan kita akan pentingnya ketaatan kepada panggilan ilahi dan ketekunan dalam menyampaikan pesan kebenaran, betapapun sulitnya tantangan yang dihadapi.