Sebab Aku mengutus engkau kepada bani Israel, bangsa yang keras kepala dan degil. Kepada mereka, bangsa yang bahasanya kasar dan lidahnya sulit, engkau diutus.
Firman Tuhan dalam Yehezkiel 3:5 bukanlah sekadar catatan historis, melainkan sebuah penugasan ilahi yang penuh dengan tantangan dan makna mendalam. Tuhan mengutus nabi Yehezkiel kepada bani Israel, sebuah bangsa yang digambarkan sebagai "keras kepala dan degil". Penggambaran ini segera memberikan gambaran tentang kesulitan yang akan dihadapi oleh sang nabi. Bangsa Israel pada masa itu sedang mengalami masa-masa sulit, banyak di antara mereka yang telah berpaling dari ajaran Tuhan dan tenggelam dalam kesesatan.
Lebih lanjut, ayat ini menekankan bahwa bangsa tersebut memiliki "bahasa yang kasar dan lidah yang sulit". Ini bukan hanya soal bahasa yang berbeda, tetapi lebih pada sifat komunikasinya yang menolak kebenaran, keras, dan sulit untuk diajak bicara dengan cara yang membangun. Yehezkiel diutus untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada umat yang tampaknya tidak mau mendengarkan, yang telinganya tertutup oleh keangkuhan dan kekerasan hati.
Tantangan ini menunjukkan keberanian dan keberanian iman yang dibutuhkan oleh seorang nabi Tuhan. Tugasnya bukanlah untuk menyampaikan berita yang menyenangkan atau mudah diterima, tetapi pesan yang seringkali berupa peringatan dan teguran. Namun, di balik kesulitan ini, tersirat kehendak Tuhan yang tidak pernah menyerah pada umat-Nya. Meskipun Israel keras kepala, Tuhan tetap membuka jalan bagi mereka untuk kembali kepada-Nya melalui para nabi-Nya.
Bagi Yehezkiel, penugasan ini adalah panggilan untuk menjadi suara Tuhan di tengah kebisingan dan ketidakpedulian. Ini mengajarkan kita bahwa ketika Tuhan memanggil seseorang untuk melayani-Nya, panggilan itu seringkali datang dengan beban dan tantangan yang berat. Namun, sama seperti Tuhan yang menguatkan Yehezkiel, Dia juga memberikan kekuatan dan hikmat bagi mereka yang bersedia taat. Pesan Yehezkiel 3:5 mengingatkan kita akan pentingnya menyampaikan kebenaran, meskipun sulit, dengan hati yang penuh kasih dan ketekunan, seperti yang Tuhan minta dari nabi-Nya. Ini adalah pengingat bahwa Tuhan selalu memberikan kesempatan bagi umat-Nya untuk bertobat dan kembali kepada jalan yang benar.
Dalam konteks yang lebih luas, kisah Yehezkiel ini dapat dilihat sebagai ilustrasi dari komunikasi ilahi yang gigih. Tuhan tidak lelah menggapai umat-Nya, bahkan ketika umat-Nya begitu keras kepala dan sulit untuk dijangkau. Pengutusan Yehezkiel adalah bukti dari kesabaran Tuhan yang luar biasa. Ia memilih seorang hamba-Nya untuk menjadi perantara, untuk membawa firman yang mungkin tidak akan diterima dengan baik, namun tetap harus disampaikan demi kebaikan umat-Nya. Ini adalah pelajaran berharga tentang kerelaan untuk berkorban demi kebenaran dan kasih Tuhan.