"Bukan kepada bangsa yang bangsanya bergunyit dan berbahasa ruwet, yang tidak dapat kamu mengerti, tetapi kepada bani Israel."
Firman Tuhan dalam Yehezkiel 3:6 menggarisbawahi sebuah kebenaran fundamental mengenai penyampaian pesan ilahi. Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa Tuhan tidak mengutus nabi-Nya, Yehezkiel, untuk berbicara kepada bangsa-bangsa yang bahasanya asing dan sulit dipahami, melainkan secara spesifik kepada bani Israel. Ini bukan sekadar penunjukan audiens, melainkan sebuah ilustrasi tentang pentingnya kejernihan, keterusterangan, dan pemahaman dalam komunikasi spiritual.
Konteks historis ayat ini sangat relevan. Yehezkiel diutus pada masa pembuangan ke Babel. Bangsa Israel saat itu berada jauh dari tanah perjanjian mereka, dikelilingi oleh berbagai bangsa dengan bahasa dan budaya yang berbeda. Tuhan, dalam kebijaksanaan-Nya, memilih untuk tidak membebani Yehezkiel dengan tugas menyampaikan pesan-Nya kepada semua orang yang dia temui. Sebaliknya, fokus diberikan pada umat pilihan-Nya, yang memiliki ikatan perjanjian dengan Tuhan. "Bangsanya bergunyit dan berbahasa ruwet" menjadi metafora untuk bangsa-bangsa yang asing secara spiritual dan budaya, yang tidak memiliki pengetahuan tentang hukum dan janji Tuhan.
Pesan ini memiliki implikasi teologis yang mendalam. Pertama, ini menunjukkan kedaulatan Tuhan dalam memilih siapa yang akan menerima pesan-Nya pada waktu tertentu. Tuhan memiliki rencana dan strategi-Nya sendiri dalam menyebarkan kehendak-Nya. Kedua, ini menyoroti tanggung jawab umat pilihan untuk mendengarkan dan merespons pesan Tuhan. Kejelasan pesan kepada mereka yang dapat memahaminya adalah kunci untuk pertobatan, pemulihan, dan pemeliharaan iman.
Di era modern, ayat ini dapat ditafsirkan ulang dalam konteks penyampaian kebenaran spiritual. Meskipun kita mungkin tidak berhadapan langsung dengan "bahasa ruwet" seperti pada zaman Yehezkiel, namun kesalahpahaman dan ketidakmampuan untuk menangkap esensi pesan Tuhan tetap menjadi tantangan. Seringkali, pesan-pesan rohani disajikan dalam jargon yang sulit dimengerti oleh orang awam, atau dikaburkan oleh interpretasi yang berbelit-belit. Yehezkiel 3:6 mengingatkan kita akan pentingnya komunikasi yang jelas dan mudah dijangkau, terutama ketika menyampaikan kebenaran fundamental mengenai hubungan manusia dengan Tuhan.
Inti dari firman ini adalah penekanan pada kejernihan pesan ilahi. Tuhan ingin umat-Nya memahami kehendak-Nya. Ketika pesan itu disampaikan kepada mereka yang secara kontekstual dan linguistik dapat memahaminya, maka kesempatan untuk merespons dan bertindak menjadi lebih besar. Bagi mereka yang menerima pesan tersebut, tanggung jawabnya adalah untuk tidak hanya mendengarkan, tetapi juga untuk meneruskan dan hidup sesuai dengan apa yang telah mereka terima. Yehezkiel sendiri diperintahkan untuk menjadi "benteng" bagi bani Israel, sebuah metafora yang menggambarkan tanggung jawabnya untuk memperingatkan mereka dan menyampaikan firman Tuhan dengan tegas, bahkan ketika menghadapi penolakan.
Oleh karena itu, Yehezkiel 3:6 bukan hanya sebuah catatan sejarah, tetapi sebuah pengingat abadi. Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan menghendaki agar pesan-Nya dapat dipahami. Ini juga menekankan pentingnya memilih audiens yang tepat dan menggunakan bahasa yang jelas ketika kita bertindak sebagai penyampai kebenaran ilahi, memastikan bahwa pesan itu tidak hilang dalam kebingungan atau ketidakpahaman.