"Sebab demikianlah firman Tuhan ALLAH: Merataplah kamu, sebab hari TUHAN sudah dekat! Itu akan menjadi kehancuran, hari-hari kegelapan yang menakutkan."
Ilustrasi: Kedatangan hari TUHAN yang penuh ketidakpastian dan momen krusial.
Ayat Yehezkiel 30:3 merupakan bagian dari serangkaian nubuat yang disampaikan oleh nabi Yehezkiel, yang dikenal karena penglihatan dan pesan-pesan ilahi yang seringkali berfokus pada penghakiman dan pemulihan umat Israel serta bangsa-bangsa di sekitarnya. Dalam pasal 30 ini, fokus utama nubuatnya adalah terhadap Mesir, sebuah bangsa yang kuat dan berpengaruh pada masa itu, namun juga dikenal karena kesombongannya dan ketergantungannya pada kekuatan manusiawi. Ayat ini sendiri memberikan gambaran dramatis tentang kedatangan "hari TUHAN" yang dirayakan sebagai momen penghakiman ilahi.
Frasa "hari TUHAN" adalah konsep teologis yang signifikan dalam Perjanjian Lama. Ini merujuk pada waktu di mana Allah akan bertindak secara langsung untuk menghakimi kejahatan, menegakkan keadilan, dan memulihkan umat-Nya. Hari ini sering digambarkan sebagai waktu yang gelap dan menakutkan bagi mereka yang melawan kehendak Allah, tetapi sebagai momen keselamatan dan kemenangan bagi orang-orang benar. Dalam konteks Yehezkiel 30:3, hari TUHAN yang akan datang atas Mesir jelas merupakan hari penghakiman yang mengerikan.
Mesir, dengan segala kejayaannya, seringkali menjadi sumber daya dan sekutu yang dicari oleh Kerajaan Yehuda. Namun, Allah melihat ketergantungan bangsa Israel pada Mesir sebagai bentuk ketidakpercayaan dan penolakan terhadap kedaulatan-Nya. Sejarah mencatat bahwa Mesir memiliki kekuatan militer yang besar dan seringkali terlibat dalam urusan bangsa-bangsa lain di Timur Dekat. Allah menggunakan Mesir sebagai simbol kekuatan duniawi yang pada akhirnya akan runtuh di hadapan kekuasaan ilahi.
Nubuat terhadap Mesir ini bukan hanya tentang kehancuran fisik, tetapi juga tentang penyingkapan ilahi. Allah ingin menunjukkan kepada umat-Nya dan kepada bangsa-bangsa lain bahwa Dia adalah penguasa tertinggi atas segala sesuatu. Kehancuran Mesir akan menjadi bukti nyata bahwa bahkan kekuatan terbesar di dunia pun tidak dapat bertahan melawan murka Allah ketika mereka menentang-Nya atau menindas umat-Nya. "Hari-hari kegelapan yang menakutkan" menandakan keputusasaan, kekacauan, dan hilangnya harapan bagi bangsa Mesir, yang selama ini bergantung pada dewa-dewa mereka dan kekuatan firaun.
Meskipun nubuat ini secara spesifik ditujukan kepada Mesir pada zaman kuno, pesan-pesan di dalamnya tetap relevan. Yehezkiel 30:3 mengingatkan kita akan konsekuensi dari kesombongan, ketergantungan pada kekuatan duniawi, dan pengabaian terhadap kehendak Allah. Hari ini, baik secara pribadi maupun kolektif, ada banyak kekuatan dan sistem yang tampak megah dan tak terkalahkan, tetapi pada akhirnya, segalanya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Pesan mengenai "hari TUHAN" juga mengajarkan kita pentingnya kewaspadaan rohani. Sejarah keselamatan penuh dengan gambaran tentang bagaimana Allah bertindak dalam waktu dan cara yang tidak terduga. Bagi mereka yang setia kepada-Nya, hari TUHAN bisa menjadi hari pembebasan dan kemenangan. Namun, bagi mereka yang terus menerus memberontak, itu akan menjadi hari penghakiman yang mengerikan. Penting bagi kita untuk merenungkan posisi kita di hadapan Allah, memastikan bahwa kita tidak tersesat dalam ilusi kekuatan atau kenyamanan duniawi, melainkan berpegang teguh pada kebenaran-Nya. Kerapuhan Mesir yang dinubuatkan dalam Yehezkiel mengingatkan kita untuk membangun hidup kita di atas fondasi yang kokoh, yaitu iman kepada Allah.